Sebanyak 129 peserta haji lansia dan disabilitas yang menjalani program safari wukuf, Sabtu, kembali ke hotel asal dan bergabung lagi dalam kelompok terbangnya (kloter) masing-masing.
“Alhamdulillah, hari ini kami kembalikan jamaah lansia dan disabilitas yang mengikuti safari wukuf ke hotel mereka masing-masing. Total ada 129 peserta haji,” kata Kepala Bidang Layanan Lansia Slamet Sodali usai melepas keberangkatan bus yang membawa jamaah lansia di Syisah, Arab Saudi, Sabtu.
Selama fase puncak haji, para jamaah lansia dan disabilitas yang disafariwukufkan tinggal di lima hotel di empat wilayah, yaitu Syisyah, Jarwal, Misfalah, dan Raudhah.
Mereka mendapat pendampingan dari dokter dan perawat yang tergabung dalam tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jamaah Haji (PKP3JH), tim pembimbing ibadah, dan petugas layanan lansia.
“Mereka sudah menjalani safari wukuf. Lontar jumrah sudah diwakilkan. Adapun untuk tawaf ifadahnya akan diselesaikan oleh petugas kloter masing-masing,” katanya.
Menurut Slamet, peserta safari wukuf lansia dan disabilitas ini adalah jamaah dengan kondisi kesehatan yang perlu perhatian khusus.
Mereka umumnya membutuhkan bantuan dalam memenuhi keperluan pribadi, mulai dari makan, mandi, dan lainnya.
“Pada awal saat kami ambil untuk ditempatkan di hotel transit selama puncak haji, banyak di antara mereka yang depresi dan sulit berkomunikasi. Alhamdulillah, setelah proses perawatan dokter PKP3JH, pemberian bimbingan ibadah, pendampingan layanan lansia, kita melihat sekarang saat akan kembali ke kloternya, mereka sudah bisa diajak komunikasi dan terus tersenyum,” kata Slamet.
Untuk tahap berikutnya, kata Slamet, jamaah haji yang disafariwukufkan sedang diupayakan untuk bisa lebih awal kembali ke Tanah Air (tanazul) yang dilakukan antara lain dalam rangka menjaga kondisi kesehatan mereka.
“Kami sedang upayakan, semoga nantinya mereka bisa menggunakan seat pesawat yang kosong,” katanya.
Dokter Leksmana Arry C dari Tim PKP3JH tampak haru dan menangis saat melepas keberangkatan para lansia yang sudah dia anggap sebagai keluarganya. Enam hari bersama pada jamaah lansia dan disabilitas, memberi kesan tersendiri baginya.
Jamaah berkebutuhan khusus tersebut datang dengan kondisi kesehatan yang tidak ideal.
"Alhamdulillah, setelah diajak bicara dan didampingi, kita ajak senam pagi bersama, ibadah bersama, berjemur pagi, timbul proses sosialisasi di antara mereka. Alhamdulillah, petugas kompak melayani jamaah lansia dan disabilitas. Mudah-mudahan apa yang kami lakukan sesuai ekspektasi,” katanya berharap dengan mata berkaca.
Hal senada disampaikan Pembimbing Ibadah di Hotel 409 Khalilurrahman, bahwa kehadirannya bergabung dalam tim safari wukuf untuk bersama-sama berusaha memberikan layanan agar jamaah lansia dan disabilitas ini bisa menuntaskan ibadahnya dan juga terjaga kesehatannya.
“Untuk ibadah, kami bergantian melakukan hal yang bisa diwakilkan dalam proses berhaji, sehingga seluruh rangkaian haji yang bisa dibadalkan, sudah kita wakilkan,” katanya.
Selama di sini, kata dia, ada juga program ibadah berupa shalat berjamaah, tahlil Yasin dan doa bersama. Bahkan, ada di antara jamaah lansia dan disabilitas yang diminta memimpin doa.
"Alhamdulillah, dengan cara demikian, orang tua kami ini bisa bersosialisasi dan menjalankan ibadah hajinya,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
“Alhamdulillah, hari ini kami kembalikan jamaah lansia dan disabilitas yang mengikuti safari wukuf ke hotel mereka masing-masing. Total ada 129 peserta haji,” kata Kepala Bidang Layanan Lansia Slamet Sodali usai melepas keberangkatan bus yang membawa jamaah lansia di Syisah, Arab Saudi, Sabtu.
Selama fase puncak haji, para jamaah lansia dan disabilitas yang disafariwukufkan tinggal di lima hotel di empat wilayah, yaitu Syisyah, Jarwal, Misfalah, dan Raudhah.
Mereka mendapat pendampingan dari dokter dan perawat yang tergabung dalam tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jamaah Haji (PKP3JH), tim pembimbing ibadah, dan petugas layanan lansia.
“Mereka sudah menjalani safari wukuf. Lontar jumrah sudah diwakilkan. Adapun untuk tawaf ifadahnya akan diselesaikan oleh petugas kloter masing-masing,” katanya.
Menurut Slamet, peserta safari wukuf lansia dan disabilitas ini adalah jamaah dengan kondisi kesehatan yang perlu perhatian khusus.
Mereka umumnya membutuhkan bantuan dalam memenuhi keperluan pribadi, mulai dari makan, mandi, dan lainnya.
“Pada awal saat kami ambil untuk ditempatkan di hotel transit selama puncak haji, banyak di antara mereka yang depresi dan sulit berkomunikasi. Alhamdulillah, setelah proses perawatan dokter PKP3JH, pemberian bimbingan ibadah, pendampingan layanan lansia, kita melihat sekarang saat akan kembali ke kloternya, mereka sudah bisa diajak komunikasi dan terus tersenyum,” kata Slamet.
Untuk tahap berikutnya, kata Slamet, jamaah haji yang disafariwukufkan sedang diupayakan untuk bisa lebih awal kembali ke Tanah Air (tanazul) yang dilakukan antara lain dalam rangka menjaga kondisi kesehatan mereka.
“Kami sedang upayakan, semoga nantinya mereka bisa menggunakan seat pesawat yang kosong,” katanya.
Dokter Leksmana Arry C dari Tim PKP3JH tampak haru dan menangis saat melepas keberangkatan para lansia yang sudah dia anggap sebagai keluarganya. Enam hari bersama pada jamaah lansia dan disabilitas, memberi kesan tersendiri baginya.
Jamaah berkebutuhan khusus tersebut datang dengan kondisi kesehatan yang tidak ideal.
"Alhamdulillah, setelah diajak bicara dan didampingi, kita ajak senam pagi bersama, ibadah bersama, berjemur pagi, timbul proses sosialisasi di antara mereka. Alhamdulillah, petugas kompak melayani jamaah lansia dan disabilitas. Mudah-mudahan apa yang kami lakukan sesuai ekspektasi,” katanya berharap dengan mata berkaca.
Hal senada disampaikan Pembimbing Ibadah di Hotel 409 Khalilurrahman, bahwa kehadirannya bergabung dalam tim safari wukuf untuk bersama-sama berusaha memberikan layanan agar jamaah lansia dan disabilitas ini bisa menuntaskan ibadahnya dan juga terjaga kesehatannya.
“Untuk ibadah, kami bergantian melakukan hal yang bisa diwakilkan dalam proses berhaji, sehingga seluruh rangkaian haji yang bisa dibadalkan, sudah kita wakilkan,” katanya.
Selama di sini, kata dia, ada juga program ibadah berupa shalat berjamaah, tahlil Yasin dan doa bersama. Bahkan, ada di antara jamaah lansia dan disabilitas yang diminta memimpin doa.
"Alhamdulillah, dengan cara demikian, orang tua kami ini bisa bersosialisasi dan menjalankan ibadah hajinya,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023