Ribuan warga Muhammadiyah memadati Stadion R Soedarsono Pogar, Bangil, Kabupaten Pasuruan untuk melaksanakan Shalat Idul Adha 1444 Hijriah atau 2023 Masehi, Rabu pagi.
Khatib Shalat Idul Adha ialah Syaiun Ngalim, S.Ag, M.Pd yang dimulai pada pukul 06.00 WIB
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Khatib Shalat Idul Adha ialah Syaiun Ngalim, S.Ag, M.Pd yang dimulai pada pukul 06.00 WIB
Dalam khutbahnya setelah melaksanakan shalat, pria asal Tuban tersebut memberikan imbauan agar meneladani kehidupan Nabi Ibrahim beserta keluarganya, untuk hidup yang lebih baik.
"Salah satu yang amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah mendapatkan figur teladan yang bisa memberi warna positif dalam kehidupan, karena itu Allah SWT menjadikan Nabiyullah Ibrahim dan keluarganya sebagai figur teladan sepanjang masa bahkan tidak hanya kita yang harus meneladaninya, tapi nabi kita Muhammad SAW juga harus mengenal dirinya," ujarnya.
Bahkan, menurut dia, Tuhan semesta alam Allah SWT berfirman, sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.
"Ada banyak sekali sisi keteladanan dari Nabi Ibrahim yang sangat penting untuk kehidupan kita, ada empat bentuk keteladanan yang harus kita kaji dan kita laksanakan yang pertama memegang prinsip kebenaran sejak muda hingga usia tua dan mencapai kematian," ucapnya.
Memahami dan meyakini nilai-nilai kebenaran, lanjutnya, merupakan prinsip yang harus selalu dipegang oleh manusia pada sosok Nabi Ibrahim AS.
"Ada idealisme berkelanjutan yang sangat penting, karena banyak orang buruk saat muda baru baik saat tua, ada pula yang baik saat muda buruk saat tua bahkan ada yang buruk dari muda sampai tua dan mati,"
Artinya, dari kisah dari Nabi Ibrahim yang sudah taat kepada Allah SWT saat muda dengan menghancurkan berhala dan saat tua dia menunjukkan ketaatan yang luar biasa dengan melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putranya Nabi Ismail.
"Nabi Ibrahim menunjukkan dan mencontohkan kepada kita bahwa prinsip ketuhanan dan akidah yang benar merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar," ucapnya.
Kemudian, menurut Syaiun, keteladanan kedua adalah bersikap kritis dan keharusan berlaku baik.
"Pada siapapun tidak boleh menghilangkan daya kritis sebagaimana daya kritis tidak boleh juga menghilangkan kebaikan kita kepada orang yang harus kita perlakukan dengan baik," tuturnya.
Nabiyullah Ibrahim telah mencontohkan, ia kritis kepada ayahnya, masyarakatnya bahkan pemimpinnya.
"Apa yang diajarkan ini akan membuat kita bisa menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Pada dasarnya kepada semua pihak kita harus menjalin hubungan yang baik dalam rangka pergaulan dan persahabatan," ujarnya.
Selanjutnya, teladan yang ketiga dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang harus menjadi modal pada generasi saat ini adalah menunjukkan kematangan pribadi.
"Hidayah yang sempurna dari Allah SWT yang dimiliki keduanya membuat memperoleh kematangan, daya berpikir, kecerdasan dan kejernihan Hati. Terlebih Nabi Ismail yang sudah matang di usianya yang masih muda," ucapnya.
Kemudian, kata dia, yang keempat adalah semangat berusaha dan berjuang untuk melanjutkan kelangsungan hidup dan perjuangan menyebarkan dan menegakkan nilai-nilai kebenaran.
"Siti Hajar mencontohkan kepada kita bagaimana ia berusaha mencari rezeki meskipun situasi dan kondisinya sangat sulit karena ia berjalan menuju bukit Sofa hingga Marwah, tetap berusaha dan tidak mengabaikan perhatiannya kepada anak," katanya.
Selain itu, kata Khatib Syaiun, Allah SWT telah memberikan pelajaran kepada kita yang menjadikan bumi itu mudah bagi penduduknya.
"Maka berjalanlah di segala penjuru-Nya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya serta hanya kepada-Nya kamu kembali setelah dibangkitkan. Manakala kita mau meneladani kehidupan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya niscaya terbentuk kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa yang diridhai oleh Allah SWT," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023