Kakak adik pengusaha muda asal Kota Surabaya Novia Elizabeth Simon (31) dan Jovita Elizabeth Simon (25) melebarkan usahanya dengan kembali menambah keberadaan fasilitas kebugaran "3C Gym" dan pelayanan fisioterapi "Hope Physiotherapy" di Jalan Dharmahusada.

Pemilik "3C Gym" Surabaya Novia Elizabeth Simon mengatakan fasilitas kebugaran di Jalan Dharmahusada Surabaya merupakan usahanya yang ketiga, setelah sebelumnya membuka fasilitas kebugaran serupa di Jalan Ciliwung dan di kawasan Citraland.

"Tetap mengusung konsep privat gym, baik personal, couple, atau yang diikuti tiga sampai enam orang saja," kata Novia kepada ANTARA seusai peresmian "3C Gym" Jalan Dharmahusada, Sabtu. 

Kesamaan konsep "privat gym" sengaja diterapkan karena dia menginginkan setiap pelanggannya mendapatkan kesempatan lebih untuk memaksimalkan pola latihan, baik menurunkan berat badan maupun meningkatkan massa otot.

Tak sampai di situ saja, setiap instruktur juga akan melakukan evaluasi secara berkala terhadap program kebugaran yang telah dijalankan.

Tahapan evaluasi melihat pada catatan program awal ketika setiap calon anggota melakukan pendaftaran.

"Kami pantau berat badan ditimbang, program dibuat setiap pelatih sesuai dengan target mereka, sejak hari pertama sampai seterusnya untuk mengetahui progres-nya. Evaluasi berkala, kami pengukuran timbangan itu sebulan sekali," ujarnya.

Sementara, pemilik "Hope Physiotherapy" Jovita Elizabeth Simon menyebut penambahan lokasi usaha dimaksudkan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, khususnya bagi mereka yang tinggal di kawasan Surabaya Timur.

"Di sini juga lebih dekat, misalnya untuk anggota dari daerah Kenjeran maupun Pakuwon City, lalu juga dekat dengan partner kami KONI Jawa Timur," ujarnya.

Lebih lanjut, dibukanya tempat pelayanan fisioterapi baru untuk memberikan opsi tambahan kepada para pasien, terlebih kebanyakan pelanggannya merupakan masyarakat maupun atlet yang terkena cedera hingga permasalahan kesehatan.

Atlet basket nasional itu menyebut sesi fisioterapi di tempatnya berjalan antara 1,5 hingga 2,5 jam, melihat pada tingkat keparahan suatu kasus yang dialami seorang pasien.

"Kami juga tidak membatasi durasi, artinya bisa lebih panjang pelaksanaannya dengan melihat keluhan dan kasusnya seperti apa," kata dia.

Penambahan waktu terapi dimaksudkan untuk memaksimalkan penanganan sehingga bisa mempercepat proses penyembuhan, salah satu kasus yang menurutnya yang membutuhkan penanganan panjang, yakni cedera pada bagian anterior cruciate ligament (ACL).

"Banyak cedera parah yang kami tangani seperti ACL karena sangat kompleks kalau lutut itu. Terus ada kasus syaraf kejepit agar bisa tertangani, ada juga yang terkena penyakit stroke," ucapnya.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Chandra Hamdani Noor


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023