Malang - Terminal Hamid Rusdi Kota Malang, Jawa Timur, yang diresmikan dua tahun lalu (2009) hingga saat ini tidak berfungsi secara maksimal. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang M Yusuf, Kamis, mengakui adanya keengganan para sopir bus maupun angkutan kota (kota) masuk ke Terminal Hamid Rusdi karena sepi penumpang. "Penumpang juga lebih memilih naik dan turun di eks-terminal lama (Terminal Gadang), sehingga sopir angkot pun juga lebih senang "ngetem" di kawasan itu ketimbang masuk ke dalam terminal yang baru (Hamid Rusdi)," ujarnya. Ia mengemukakan, tujuan dibangunnya Terminal Hamid Rusdi tersebut diharapkan mampu membuka akses sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan Malang timur, namun hingga dua tahun diresmikan belum menunjukkan perkembangan signifikan. Lebih lanjut mantan Kahumas Pemkot Malang itu mengatakan, karena masih banyaknya sopir yang menaikkan dan menurunkan penumpang di kawasan eks Terminal Gadang, maka pihaknya bersama instansi terkait lainnya sering melakukan razia. Hanya saja, lanjutnya, meski sering dilakukan razia, sopir angkot maupun penumpang tetap tidak mau masuk ke dalam Terminal Hamid Rusdi, bahkan hampir setiap ada razia antara petugas dengan sopir angkot "kucing-kucingan". Akibat membandelnya para sopir angkot tersebut, lanjutnya, arus lalu lintas di kawasan Gadang menjadi macet dan "amburadul" karena di kawasan itu menjadi terminal bayangan. Sementara salah seorang sopir angkot lyn Landungsari-Hamid Rusdi, Suparjono mengaku, dirinya bersama sopir angkot lainnya tidak mungkin masuk Terminal Hamid Rusdi kalau kondisinya sangat sepi. "Kami masuk ke terminal kalau sedang istirahat saja karena suasananya tenang dan tidak ramai seperti terminal-terminal lainnya," ujarnya. Karena sepinya penumpang maupun angkutan umum yang masuk ke Terminal Hamid Rusdi, pendapatan (retribusi) terminal yang dibangun dengan dana sekitar Rp59,7 miliar itu juga kecil. Pada tahun 2010 pendapatan dari terminal tersebut ditarget sebesar Rp35 juta per bulan, namun hanya terealisasi sebesar Rp26 juta/bulan. Sedangkan 2011 ditarget sebesar Rp37 juta/bulan, namun yang terealisasi setiap bulannya berkisar Rp25 juta sampai Rp26 juta.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011