Hiruk pikuk masyarakat terasa di salah satu ruko di Jalan Nyamplungan Surabaya. Terpampang tulisan "Lawang Agung" pada bagian depannya, beberapa jajanan dan minuman terpampang pada etalase di sana.

Ke dalam, di sisi kanan beberapa kulkas kaca terlihat, di dalamnya ada kotak-kotak tersusun rapu, isinya buah kurma. Letaknya di ruang utama, seberang meja kasir.

Lawang Agung memang menjajakan kurma, buah berciri warna cokelat kehitaman, lonjong, dan bertekstur.

Naik ke beberapa anak tangga, tak jauh dari ruang utama tumpukan kotak kurma dalam beragam ukuran berat terlihat, mulai gram hingga kilogram.

Beberapa pegawai sibuk melayani permintaan pembeli, mulai melihatkan sampel kurma, mengangkat kotak produk, hingga merekatkan segel kemasan.

Di salah satu sisi terlihat seorang pria berkaos merah bergaris putih tengah berdiri. Dia Zuhair Salim, Chief Sales and Marketing Lawang Agung.

Dia tampak meladeni pertanyaan demi pertanyaan dari pelanggan. Sembari memperlihatkan contoh-contoh kurma dalam beragam jenis, mulai kualitas medium hingga premium dengan beberapa varian harga.

Kata awal yang muncul darinya, soal kandungan lengkap kurma.

"Bernutrisi dan mengenyangkan". Itu kalimat pembuka sosialisasi dan edukasi kurma kepada pelanggan.

Zuhair punya misi mengenalkan lebih dalam soal kurma melalui program kampanye bertajuk "Sehat dengan Konsumsi Kurma Setiap Hari".

"Saya juga tanya pelanggan kapan terakhir makan kurma? Rata-rata 80 persen saat Ramadhan, di luar itu tidak dikonsumsi," kata Zuhair di Toko Lawang Agung.

Kurma juga dikatakannya sebagai makanan yang sering dikonsumsi Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, kampanye itu dilakukan, sekali lagi untuk mengenalkan khasiatnya.

Apalagi ini juga Ramadhan, kurma memang identik sebagai takjil berbuka puasa.

Meski identik, namun kurma bisa dikonsumsi di hari-hari biasa, seperti dijadikan camilan saat di rumah maupun di kantor.

Memang tidak salah, banyak baiknya juga. Khasiatnya untuk tubuh melimpah. Itu misi yang dibawanya, ingin melihat masyarakat hidup dengan kudapan sehat.

"Kurma ini makanan favorit Rasulullah SAW, kami sebagai muslim juga ingin mengikuti apa yang beliau lakukan. Kurma ini makanan penuh keberkahan," ucapnya.

Kurma di Lawang Agung terbagi dua jenis, kualitas premium dan medium.

Kurma premium ada empat, yakni "ruthob", "medjool", "sukari", dan "ajwa". Sedangkan medium, yakni Tunisia, Iran, Mesir, Uni Emirat Arab, begitu biasanya disebut.

"Ada yang buat konsumsi sendiri, hadiah keluarganya atau rekannya. Biasanya kalau model seperti itu carinya premium. Tetapi biasanya untuk acara buka puasa memakai yang medium," kata dia.

Selain manfaat kurma, Zuhair juga ingin mengedukasi kebaikan berbagi kurma saat bulan Ramadhan.

"Itu kami edukasi juga berbagi kurma saat bulan puasa," ucapnya.

Sementara, soal tren penjualan kurma disebutnya berubah. Tak sama seperti tahun-tahun sebelumnya, itu diperkirakannya karena faktor ekonomi. Pandemi COVID-19 baru mereda juga.

Ramadhan tahun ini pembeli banyak hadir saat dua hari menjelang puasa. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, permintaan sudah banyak datang saat sepekan menjelang ibadah tahunan umat Islam berjalan.

"Kalau secara yang saya amati di tahun lalu seminggu menjelang Ramadhan masyarakat antusias berbelanja, namun saat di tahun ini H-2 menjelang puasa baru mulai. Mungkin dikarenakan kaitannya sama kondisi ekonomi," ucapnya.

Meski ada perbedaan, namun animo masyarakat berburu kurma tidak turun. Tetap menjadikan buah itu sebagai komoditas utama saat Ramadhan.

"Kalau animo tidak turun, banyak yang cari," kata dia.

Zuhair tak menampik suplai kurma ke Lawang Agung sempat terlambat. Dia tak tahu alasannya, namun saat ini sudah lancar. Stok untuk masyarakat juga dipastikan aman.

"Tinggal mengimbangi seberapa besar permintaan dari pasar," ucapnya.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023