Pemerintah Kota Surabaya menyatakan relokasi atau pemindahan gelombang ketiga warga Kampung 1001 Malam ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) ditargetkan tuntas sebelum bulan Ramadhan.
"Relokasi warga Kampung 1001 Malam dilakukan secara bertahap," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, relokasi pada gelombang pertama dan kedua difokuskan pada warga yang tinggal di bawah kolong jembatan jalan tol. Sedangkan pada gelombang ketiga, relokasi dilakukan pada warga yang tinggal di sekitar pagar pembatas jalan tol.
"Kami lakukan dengan menyesuaikan kebutuhan atau kebutuhan rusunawa yang ada dan siap. Mereka tidak bisa langsung karena masih ada (anaknya) yang sekolah. Lalu yang mereka mau adalah bangunan ingin dibongkar sendiri, karena jika ada yang masih bisa dimanfaatkan maka bisa dibawa," kata Cak Eri.
Pada gelombang pertama, Pemkot Surabaya memboyong sebanyak 16 KK (kepala keluarga), gelombang kedua sebanyak 44 KK, dan gelombang ketiga pada Kamis (9/3) sebanyak 36 KK, serta Jumat (10/3) sebanyak 17 KK.
Sedangkan untuk 17 KK yang direlokasi saat ini, mereka terbagi di tiga lokasi rusunawa di antaranya sebanyak 15 KK ditempatkan di Rusunawa Benowo Pakal, 1 KK di Rusunawa Romokalisari, dan 1 KK lainnya di Rusunawa Indrapura.
"Kami sepakat tanggal 14 Maret 2023 sudah harus pindah semua ke rusunawa. Kurang 20 KK dan waktunya gantian, Alhamdulillah mereka mau semua. Sehingga tempat itu bisa digunakan untuk normalisasi sungai untuk mencegah banjir, jadi kita bisa lewat disana," ujar dia.
Cak Eri menjelaskan, sebagian besar warga eks Kampung 1001 Malam direlokasi di Rusunawa Sumur Welut dan Benowo Pakal. Untuk itu, kata dia, jajaran Pemkot Surabaya melakukan berbagai pendekatan persuasif kepada warga Kampung 1001 Malam.
"Untuk menyadarkan bahwa ini bukan tanah yang dipunyai (mereka miliki) tetapi ketika dibangun (rumah) kalau (sungai) menyempit maka dampaknya terjadi banjir. Maka pendekatan itu yang kita lakukan dan Alhamdulillah lancar semua," kata Cak Eri.
Cak Eri berharap, ke depannya setelah semua warga itu dipindahkan ke tempat yang lebih layak. Kawasan Kampung 1001 Malam akan digunakan oleh pemiliknya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas untuk perluasan bozem dan revitalisasi sesuai dengan fungsinya.
"Itu tempat sungai, makanya di daerah sana atau Asemrowo ada banjir, jadi kami lakukan normalisasi sungainya yang selama ini belum efektif," kata dia.
Sementara itu, salah satu warga eks Kampung 1001 Malam Sofyan (53) mengaku bersyukur dengan relokasi yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Sebab, dia yang tinggal bersama kakek dan neneknya selama 7 tahun di kawasan tersebut, kini bisa mendapat hunian yang lebih layak.
"Alhamdulillah, saya terharu dan saya menyampaikan terima kasih untuk Pak Eri. Saya bersama kakek dan nenek, sekarang bisa tinggal di Rusunawa Indrapura lantai 1," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Relokasi warga Kampung 1001 Malam dilakukan secara bertahap," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, relokasi pada gelombang pertama dan kedua difokuskan pada warga yang tinggal di bawah kolong jembatan jalan tol. Sedangkan pada gelombang ketiga, relokasi dilakukan pada warga yang tinggal di sekitar pagar pembatas jalan tol.
"Kami lakukan dengan menyesuaikan kebutuhan atau kebutuhan rusunawa yang ada dan siap. Mereka tidak bisa langsung karena masih ada (anaknya) yang sekolah. Lalu yang mereka mau adalah bangunan ingin dibongkar sendiri, karena jika ada yang masih bisa dimanfaatkan maka bisa dibawa," kata Cak Eri.
Pada gelombang pertama, Pemkot Surabaya memboyong sebanyak 16 KK (kepala keluarga), gelombang kedua sebanyak 44 KK, dan gelombang ketiga pada Kamis (9/3) sebanyak 36 KK, serta Jumat (10/3) sebanyak 17 KK.
Sedangkan untuk 17 KK yang direlokasi saat ini, mereka terbagi di tiga lokasi rusunawa di antaranya sebanyak 15 KK ditempatkan di Rusunawa Benowo Pakal, 1 KK di Rusunawa Romokalisari, dan 1 KK lainnya di Rusunawa Indrapura.
"Kami sepakat tanggal 14 Maret 2023 sudah harus pindah semua ke rusunawa. Kurang 20 KK dan waktunya gantian, Alhamdulillah mereka mau semua. Sehingga tempat itu bisa digunakan untuk normalisasi sungai untuk mencegah banjir, jadi kita bisa lewat disana," ujar dia.
Cak Eri menjelaskan, sebagian besar warga eks Kampung 1001 Malam direlokasi di Rusunawa Sumur Welut dan Benowo Pakal. Untuk itu, kata dia, jajaran Pemkot Surabaya melakukan berbagai pendekatan persuasif kepada warga Kampung 1001 Malam.
"Untuk menyadarkan bahwa ini bukan tanah yang dipunyai (mereka miliki) tetapi ketika dibangun (rumah) kalau (sungai) menyempit maka dampaknya terjadi banjir. Maka pendekatan itu yang kita lakukan dan Alhamdulillah lancar semua," kata Cak Eri.
Cak Eri berharap, ke depannya setelah semua warga itu dipindahkan ke tempat yang lebih layak. Kawasan Kampung 1001 Malam akan digunakan oleh pemiliknya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas untuk perluasan bozem dan revitalisasi sesuai dengan fungsinya.
"Itu tempat sungai, makanya di daerah sana atau Asemrowo ada banjir, jadi kami lakukan normalisasi sungainya yang selama ini belum efektif," kata dia.
Sementara itu, salah satu warga eks Kampung 1001 Malam Sofyan (53) mengaku bersyukur dengan relokasi yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Sebab, dia yang tinggal bersama kakek dan neneknya selama 7 tahun di kawasan tersebut, kini bisa mendapat hunian yang lebih layak.
"Alhamdulillah, saya terharu dan saya menyampaikan terima kasih untuk Pak Eri. Saya bersama kakek dan nenek, sekarang bisa tinggal di Rusunawa Indrapura lantai 1," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023