Dunia musik melahirkan banyak pesohor panggung berlabel legenda. Mereka datang dari beragam genre, memunculkan banyak karya yang abadi, tak lekang oleh perkembangan zaman. 

Musik jadi sarana yang banyak digandrungi anak muda. Tak hanya di zaman serba modern saat ini, melainkan pada era terdahulu, di tahun 60-90 an.

Music Director RRI Surabaya Pataka Swahara Sanja mengatakan anak-anak muda di era 60-90 punya konstruksi kuat soal musik. Alasannya, karena belum terlahir platform penyedia musik berbasis internet.

Alhasil, kebanyakan anak muda saat itu sering dibuat penasaran soal rilisan lagu, maupun album terbaru dari musisi yang mereka gandurungi.

Di masa 60-90 banyak melahirkan musisi maupun band besar, seperti  The Beatles, Jimi Hendrix, The Doors, The Rolling Stones, Led Zeppling, Queen, David Bowie, Stevie Wonder, Ramones, Guns N Roses, Nirvana, Oasis, dan Radio Head.    

Era itu juga memunculkan musisi tanah air dengan nama besar, diantaranya AKA, Koes Plus, SAS, God Bless, Nike Ardila, Dewa, Slank, serta banyak lainnya.

"Justru pendengar di usia itu (generasi 60-90) adalah yang tidak terdistraksi, mereka dulu tidak mengandalkan gawai. Jadi, mereka fokus mendengarkan itu (musik)," kata Pataka kepada ANTARA, Kamis.

Di sisi lain, era tersebut juga menghadirkan banyak acara musik, seperti "Golden Memories" dan "MTV".

Alhasil, fenomena musik 60-90 masih terasa relevan, baik hanya sekadar didengarkan maupun digandrungi puluhan tahun setelahnya.

Menurutnya musik lawas memiliki daya "magis" yang mampu menarik banyak pendengar kalangan muda, di era modern. Dirasanya juga musik pada era 60-90an punya kekuatan yang tak lekang oleh waktu.

Dia heran jika anak muda saat ini pada akhirnya juga banyak yang suka mendengarkan musik-musik di era tersebut. Mungkin, hal itu juga dipengaruhi referensi yang didapatkan dari orang terdekat maupun platform digital.

"Jadi soul nya musik 60, 70, 80, 90 itu beda, masih relevan (didengarkan) sampai 20 tahun kemudian," kata dia.
Tumpukan vinly lagu-lagu jadul koleksi RRI Surabaya. ANTARA/Ananto Pradana

RRI kata dia juga tak menutup mata soal fenomena itu, program musik pun dihadirkan, salah satunya melalui "Pustaka Piringan Hitam" dan platform berbasis artificial intelligence (AI) yang bisa diakses di laman https://audiolibrary.rri.co.id/discover.

Selain itu, RRI juga memiliki Programa 5 yang khusus memutarkan musik.

Konteks musiknya, yakni easy listening sekaligus akrab di telinga masyarakat atau dalam artian musik hits atau memuncaki tangga lagu pada masanya.

Dia tak menampik banyak anak muda saat ini yang mendengarkan program musik tersebut.

"Alasan orang sekarang mendengarkan radio adalah mungkin playlist musiknya tidak tertebak, itu kekuatan nomor satu (radio). Jadi, ketika mereka mendengarkan tanpa bisa menebak siapa penyanyinya, entah dalam keadaan apapun misal macet atau apapun," ujarnya.

Pataka memperkirakan persentase pendengar program musik hampir RRI hampir 25 hingga 30 persen merupakan anak muda.

"Jadi lagunya seperti Michael Jackson atau Celine Dion. Ternyata hampir 25-30 persen pendengarnya adalah anak muda," ucapnya.(*)

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : A Malik Ibrahim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023