Perkumpulan Sekolah SPK Indonesia bersama Dinas Pendidikan (Dispendik) Jawa Timur dan Kota Surabaya menggencarkan sosialisasi program "Kurikulum Merdeka" Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mempercepat penerapan di setiap jenjang sekolah.

"Kami perpanjangan tangan dari pemerintah menyampaikan amanah untuk pendidikan, melalui implementasi "Kurikulum Merdeka" pada satuan pendidikan di Indonesia mengerjakan beberapa kegiatan dan juga pemahaman," kata General Treasurer Perkumpulan Sekolah SPK Indonesia Shirley Puspitawati, M.SC, M.ED, CCC, CTM.A melalui konferensi pers "Road Show Implementasi Kurikulum Merdeka" di Sekolah Kristen Elyon Surabaya, Senin.

Perkumpulan Sekolah SPK Indonesia , kata Shirley, juga menjadi jembatan dalam upaya pengembangan kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan.

"Kami terus bekerja sama terkait pendidikan dan terus mengawalnya dengan pemerintah dan satuan pendidikan," ujarnya.

Pengawas Pembina SD Surabaya Surabaya Barat Wilayah Sukomanunggal dan Krembangan Drs. Mudjoko, M.Si. memperkirakan pada 2024 "Kurikulum Merdeka" bakal diterapkan secara penuh di seluruh tingkat pendidikan, mulai SD, SMP, SMA/SMK.

"Sehingga dengan adanya satu even ini diharapkan bisa mempercepat implementasi kurikulum merdeka," kata Mudjiono.

Dia menyebut hingga saat ini progres "Kurikulum Merdeka" belajar di Surabaya sudah berjalan dengan persentase beragam.

"Implementasi "Kurikulum Merdeka" datanya SMP lebih dari 90 persen, SD sekitar 75-80 persen, taman kanak-kanak baru 5-10 persen," ujar dia.

Kemudian, implementasi kurikulum dibagi menjadi dua basis, yakni projek dan mandiri. "Basis mandiri ada tiga, yakni mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi," katanya.

Sementara, Perwakilan Dinas Pendidikan Wilayah Sidoarjo-Surabaya yang juga Pengawas Pembina SMA/SMK Provinsi Jatim Drs. Hari Indarjoko, M.Pd mengatakan tujuan utama "Kurikulum Merdeka" guna memudahkan langkah pemberian materi pendidikan oleh para guru kepada dengan memperhitungkan karakter dari masing-masing pelajar.

"Anak a,b,c tidak bisa diberikan cara yang sama. Cara berbeda itu di "Kurikulum Merdeka" atau diferensiasi," ujarnya.

Melalui roadshow, lanjut dia, diharapkan para guru nantinya bisa segera menguasai pola pengajaran sesuai konsep "Kurikulum Merdeka", termasuk modul sistematis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

"Kami ingin semuanya bisa mengadopsi kurikulum dari Kemendikbudristek. Kalau menunggu 2024 ketinggalan," katanya.

Executive Director Sekolah Kristen Elyon Ir. Winfrid Prayogi, M.TH. mengatakan "Kurikulum Merdeka" punya kelebihan mewadahi kemampuan seluruh peserta didik untuk berkembang sesuai dengan bakat dan minat masing-masing.

"Tidak semua anak menjadi dokter, tetapi ada yang punya kemampuan di bidang robot, musik, lukis, maupun koding. Bakat dan minat ditumbuhkan sejak dini, agar bisa bermanfaat untuk ke depannya," tutur dia.
 

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023