Madiun - Penganut Jami’iyyah Ahli Thoriqoh Shatoriyah An Nahdliyyah atau yang biasa disebut dengan aliran Islam Alif Rebo Wage (Aboge) di Desa Ngampel, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Jatim, baru mengawali Ramadhan pada hari Selasa, tanggal 2 Agustus 2011. Hal ini sedikit berbeda dengan pemerintah yang sudah menetapkan 1 Ramadhan 1432 Hijriah jatuh pada hari Senin, tanggal 1 Agustus, kemarin. Pimpinan Thoriqoh Syatoriyah An Nahdliyyah cabang Madiun Ustad Moch Rudy, Selasa, mengatakan, pengawalan puasa yang jatuh pada tanggal 2 Agustus 2011 ini, berdasarkan pada sumber penanggalan tahun huruf Aboge, Mutakatasal. "Thoriqoh Syatoriyah An Nahdliyyah memiliki penghitungan sendiri dalam menentukan awal puasa. Yakni dengan dasar kalender Mutakatasal yang bersumber pada Kalimat Toyibah Laillah Hailallah," ujar Moch Rudy kepada wartawan. Menurut dia, Mutakatasal melahirkan penanggalan tahun huruf dan sesuai penanggalan tersebut pada tahun 2011 ini masuk kedalam huruf "B", dimana perhitungan puasa jatuh pada Selasa Pahing, dengan lama puasa tetap dijalankan genap 30 hari. "Dengan demikian, Hari Raya Idul Fitri untuk umat Aboge akan jatuh pada hari Kamis Pahing, tepatnya tanggal 1 Sepetember 2011 mendatang. Untuk salat Idul Fitri di wilayah Mejayan, Caruban, seperti biasanya kami laksanakan di masjid jalan Sawo, Kelurahan Krajan, Mejayan, Kabupaten Madiun," terang Rudy. Perbedaan ini, lanjut Rudy, tidak hanya terjadi pada tahun ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, penganut ini juga menjalani Ramadhan dan Idul Fitri yang berbeda dari yang ditetapkan oleh pemerintah. Ia meminta umat Islam bisa menerima sekaligus saling menghormati adanya perbedaan penetapan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tersebut. Ia berharap perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan ini dapat dihormati semua pihak, sehingga kerukunan antarumat Islam tetap terjaga dengan baik. "Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami menjalani Ramadhan dan hari raya Lebaran lebih lambat dari hari yang ditetapkan oleh pemerintah. Hendaknya ini dapat dimaklumi, terlebih perbedaan dalam Islam itu lumrah dan indah," kata Rudy. Hingga kini, jumlah penganut Aboge di Kabupaten Madiun diperkirakan telah mencapai lebih dari 3.000 pengikut yang tersebar di beberapa wilayah, seperti Kecamatan Mejayan, Pilangkenceng, Saradan, Geger, Dagangan, dan Kebonsari.

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011