Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Probolinggo, meminta petani untuk memaksimalkan hasil panen guna mewujudkan pemantapan ketahanan pangan di daerah itu.
"Kami membuat jargon 'Amankan Sebutir Gabah' yang merupakan salah satu bentuk sosialisasi untuk menekan kehilangan hasil saat panen raya," kata Kepala DKP Kabupaten Probolinggo Yahyadi di Probolinggo, Kamis.
Ia menjelaskan jargon "Amankan Sebutir Gabah" menyongsong panen raya itu dilakukan untuk mengkaji kehilangan hasil saat panen raya tiba karena Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kehilangan hasil panen antara 2 hingga 2,5 persen dari total produksi.
"Alangkah baiknya kalau kehilangan hasil itu diminimalkan agar tidak terjadi 2 hingga 2,5 persen. Saya sudah koordinasi dengan Dinas Pertanian pada masa tanam 2022 dan 2023 sebab masa tanam itu ada di pergantian tahun," katanya.
Menurutnya, masa tanam pertama terjadi pada bulan November dan Desember 2022, kemudian Januari, Februari dan Maret 2023, yang mana pada masa tanam pertama sampai tanggal 16 Pebruari 2023 sudah mencapai luasan 17.696 hektare.
"Kami antisipasi dalam rangka mengamankan pangan Kabupaten Probolinggo agar tidak kehilangan hasil. Kalau kami hitung, kehilangan hasil itu per hektare sekitar 110 kg atau 1 kuintal," ujarnya.
Apabila dengan luasan 17.696 hektare, maka kehilangan hasil panen yang dibuang mencapai 19.430 ton, sehingga pihak DKP mengajak petani untuk menekan seminimal mungkin butir gabah yang terbuang.
"Kami mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo dengan memaksimalkan hasil panen," katanya.
Dalam rangka sosialisasi jargon "Amankan Sebutir Gabah" diwujudkan dalam pembuatan banner yang dipasang di 10 titik daerah potensi penghasil padi di Kabupaten Probolinggo yakni di Kecamatan Kotaanyar, Paiton, Kraksaan, Krejengan, Besuk, Pakuniran, Tongas, Gading, Pajarakan dan Maron.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Kami membuat jargon 'Amankan Sebutir Gabah' yang merupakan salah satu bentuk sosialisasi untuk menekan kehilangan hasil saat panen raya," kata Kepala DKP Kabupaten Probolinggo Yahyadi di Probolinggo, Kamis.
Ia menjelaskan jargon "Amankan Sebutir Gabah" menyongsong panen raya itu dilakukan untuk mengkaji kehilangan hasil saat panen raya tiba karena Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kehilangan hasil panen antara 2 hingga 2,5 persen dari total produksi.
"Alangkah baiknya kalau kehilangan hasil itu diminimalkan agar tidak terjadi 2 hingga 2,5 persen. Saya sudah koordinasi dengan Dinas Pertanian pada masa tanam 2022 dan 2023 sebab masa tanam itu ada di pergantian tahun," katanya.
Menurutnya, masa tanam pertama terjadi pada bulan November dan Desember 2022, kemudian Januari, Februari dan Maret 2023, yang mana pada masa tanam pertama sampai tanggal 16 Pebruari 2023 sudah mencapai luasan 17.696 hektare.
"Kami antisipasi dalam rangka mengamankan pangan Kabupaten Probolinggo agar tidak kehilangan hasil. Kalau kami hitung, kehilangan hasil itu per hektare sekitar 110 kg atau 1 kuintal," ujarnya.
Apabila dengan luasan 17.696 hektare, maka kehilangan hasil panen yang dibuang mencapai 19.430 ton, sehingga pihak DKP mengajak petani untuk menekan seminimal mungkin butir gabah yang terbuang.
"Kami mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo dengan memaksimalkan hasil panen," katanya.
Dalam rangka sosialisasi jargon "Amankan Sebutir Gabah" diwujudkan dalam pembuatan banner yang dipasang di 10 titik daerah potensi penghasil padi di Kabupaten Probolinggo yakni di Kecamatan Kotaanyar, Paiton, Kraksaan, Krejengan, Besuk, Pakuniran, Tongas, Gading, Pajarakan dan Maron.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023