Pelaku usaha mikro, kecil menengah (UMKM) dituntut berkegiatan ekonomi secara daring mengikuti perkembangan teknologi digital.
Di masa sulit pandemi COVID-19 yang melanda selama tiga tahun terakhir, pelaku UMKM terbukti tetap bertahan melalui transaksi daring.
"Persoalan yang biasanya dihadapi pelaku UMKM, karena modal serta tenaga kerjanya terbatas, adalah seringkali kewalahan memenuhi pesanan daring yang melonjak," kata Dhana Galindra, pendiri sekaligus CEO Crewdible, perusahaan startup yang bergerak di bidang jasa fulfillment, saat dikonfirmasi di Surabaya, Minggu.
Fulfillment adalah proses transaksi ekonomi secara daring, mulai dari awal pemesanan oleh pelanggan hingga pengiriman barang pesanan.
Dhana menjelaskan mengelola bisnis berbasis daring melalui proses penerimaan pesanan, penyimpanan barang, pengambilan barang yang dipesan, pengemasan dan pengiriman ke pelanggan.
"Proses ini memerlukan tenaga kerja dan pengeluaran yang cukup banyak," katanya.
Namun bagi para pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan modal dan tenaga kerja, berbisnis daring kini telah terfasilitasi dengan banyak kemudahan. Di antaranya telah bermunculan pihak ketiga yang menawarkan jasa fulfillment, salah satunya seperti yang ditawarkan Crewdible.
"Kami menyediakan jasa bisnis terpadu bagi para pemilik bisnis daring dan local heroes atau pelaku UMKM untuk dapat tumbuh dan berkembang bersama," ujar Dhana.
Untuk itu Crewdible mengampanyekan "Bikin lokal makin vokal".
Dhana mengungkapkan transformasi bagi para pelaku bisnis di era digital adalah perjalanan yang harus diterapkan secara menyeluruh.
"Meskipun teknologi menjadi pendorong utama tapi tidak semata terkait adopsi perangkat digital demi proses digitalisasi saja. Sebaliknya, lebih berkaitan dengan fokus pada solusi yang secara efektif akan memposisikan bisnis untuk berkembang di era baru," katanya, menjelaskan.
Crewdible telah merintis usaha jasa fulfillment daring dengan menerapkan micro warehouse model sejak tahun 2016.
"Saat ini kami memiliki lebih dari 170 mitra gudang yang tersebar di 40 kota se- Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Sehingga pemerataan kesempatan para pebisnis daring untuk sukses menjangkau pasar dan bersaing secara lebih kompetitif dapat terjadi," ucap Dhana.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Di masa sulit pandemi COVID-19 yang melanda selama tiga tahun terakhir, pelaku UMKM terbukti tetap bertahan melalui transaksi daring.
"Persoalan yang biasanya dihadapi pelaku UMKM, karena modal serta tenaga kerjanya terbatas, adalah seringkali kewalahan memenuhi pesanan daring yang melonjak," kata Dhana Galindra, pendiri sekaligus CEO Crewdible, perusahaan startup yang bergerak di bidang jasa fulfillment, saat dikonfirmasi di Surabaya, Minggu.
Fulfillment adalah proses transaksi ekonomi secara daring, mulai dari awal pemesanan oleh pelanggan hingga pengiriman barang pesanan.
Dhana menjelaskan mengelola bisnis berbasis daring melalui proses penerimaan pesanan, penyimpanan barang, pengambilan barang yang dipesan, pengemasan dan pengiriman ke pelanggan.
"Proses ini memerlukan tenaga kerja dan pengeluaran yang cukup banyak," katanya.
Namun bagi para pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan modal dan tenaga kerja, berbisnis daring kini telah terfasilitasi dengan banyak kemudahan. Di antaranya telah bermunculan pihak ketiga yang menawarkan jasa fulfillment, salah satunya seperti yang ditawarkan Crewdible.
"Kami menyediakan jasa bisnis terpadu bagi para pemilik bisnis daring dan local heroes atau pelaku UMKM untuk dapat tumbuh dan berkembang bersama," ujar Dhana.
Untuk itu Crewdible mengampanyekan "Bikin lokal makin vokal".
Dhana mengungkapkan transformasi bagi para pelaku bisnis di era digital adalah perjalanan yang harus diterapkan secara menyeluruh.
"Meskipun teknologi menjadi pendorong utama tapi tidak semata terkait adopsi perangkat digital demi proses digitalisasi saja. Sebaliknya, lebih berkaitan dengan fokus pada solusi yang secara efektif akan memposisikan bisnis untuk berkembang di era baru," katanya, menjelaskan.
Crewdible telah merintis usaha jasa fulfillment daring dengan menerapkan micro warehouse model sejak tahun 2016.
"Saat ini kami memiliki lebih dari 170 mitra gudang yang tersebar di 40 kota se- Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Sehingga pemerataan kesempatan para pebisnis daring untuk sukses menjangkau pasar dan bersaing secara lebih kompetitif dapat terjadi," ucap Dhana.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023