Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memberikan pelatihan khusus kepada jajaran tenaga kesehatan (nakes) puskesmas untuk memitigasi penyakit leptospirosis dengan cara membedah tikus yang ditengarai pembawa bakteri leptospira.
"Hal ini untuk deteksi dini agar petugas kesehatan bisa mengetahui lebih awal asal penyakit leptospirosis di wilayah kerjanya," kata Kabid Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka di Tulungagung, Selasa.
Langkah ini dinilai efektif dalam melakukan penelusuran atas sebaran leptospirosis yang sudah menjangkit di sejumlah wilayah Tulungagung.
Pembedahan tikus dilakukan untuk memeriksa ginjal tikus, apakah ginjal itu mengandung leptospira atau tidak. Ginjal ini akan diperiksa di laboratorium BBTKLPP Surabaya di Pasuruan.
Tikus yang diambil berada di radius 100 meter dari lokasi awal terjadi. Berikutnya akan melakukan pembedahan terhadap tikus di radius 200 meter lebih.
Didik mengatakan, pada awal tahun 2023 di Tulungagung terjadi tujuh kasus leptospirosis, tiga penderita di antaranya meninggal dunia.
Oleh karena itu, pihaknya juga akan menggandeng jajaran perangkat/relawan desa dan dinas terkait untuk pengendalian hama tikus.
"Kebijakannya nanti terserah pak bupati," ujarnya.
Terkait pemberlakuan status KLB (kejadian luar biasa) leptospirosis, Didik mengatakan belum berencana memberlakukan status KLB. Meskipun demikian, Didik memastikan pihaknya tetap akan melakukan prosedur KLB.
"Ada kasus segera obati pasien, gratis, dan di lingkungan kami lakukan sosialisasi, penyemprotan disinfektan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Hal ini untuk deteksi dini agar petugas kesehatan bisa mengetahui lebih awal asal penyakit leptospirosis di wilayah kerjanya," kata Kabid Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka di Tulungagung, Selasa.
Langkah ini dinilai efektif dalam melakukan penelusuran atas sebaran leptospirosis yang sudah menjangkit di sejumlah wilayah Tulungagung.
Pembedahan tikus dilakukan untuk memeriksa ginjal tikus, apakah ginjal itu mengandung leptospira atau tidak. Ginjal ini akan diperiksa di laboratorium BBTKLPP Surabaya di Pasuruan.
Tikus yang diambil berada di radius 100 meter dari lokasi awal terjadi. Berikutnya akan melakukan pembedahan terhadap tikus di radius 200 meter lebih.
Didik mengatakan, pada awal tahun 2023 di Tulungagung terjadi tujuh kasus leptospirosis, tiga penderita di antaranya meninggal dunia.
Oleh karena itu, pihaknya juga akan menggandeng jajaran perangkat/relawan desa dan dinas terkait untuk pengendalian hama tikus.
"Kebijakannya nanti terserah pak bupati," ujarnya.
Terkait pemberlakuan status KLB (kejadian luar biasa) leptospirosis, Didik mengatakan belum berencana memberlakukan status KLB. Meskipun demikian, Didik memastikan pihaknya tetap akan melakukan prosedur KLB.
"Ada kasus segera obati pasien, gratis, dan di lingkungan kami lakukan sosialisasi, penyemprotan disinfektan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023