Mahasiswa semester tiga Textile and Fashion Design PCU, Universitas Kristen Petra Surabaya, memamerkan sejumlah karya berupa 3D prototyping dan digital composing di kampus setempat, Jumat, yang merupakan bagian dari mata kuliah Digital Fashion.
"Jika berbicara mengenai dunia fesyen, perkembangan pasti terjadi sangat cepat. Begitu juga dengan PCU terus menunjukkan komitmennya dalam membantu mahasiswanya, khususnya di program desain tekstil dan fesyen dalam menghadapi tantangan di industri mode," kata Dosen Penanggung Jawab Textile and Fashion Design PCU, Luri Renaningtyas di Surabaya, Jawa Timur.
Dia mengatakan sebelum mengakhiri masa liburan mahasiswa, para mahasiswa dari kelas mata kuliah Digital Fashion menunjukkan hasil karyanya di kelas dengan tema resort wear, guna memenuhi kebutuhan masyarakat kini yang maunya jika saat liburan tidak perlu membawa banyak pakaian tetapi tetap untuk jalan-jalan sekaligus gaya.
"Mata kuliah ini sudah ada sejak tahun 2018. Kami sangat bahagia bisa mengajarkan hal ini pada mahasiswa. Harapannya para mahasiswa Textile and Fashion Design PCU bisa mengatasi tantangan dalam industri mode yang perubahannya juga sangat cepat, sehingga mereka bisa mempersiapkan diri untuk masa depan," kata Luri.
Ia menambahkan dalam mata kuliah itu mahasiswa belajar menggunakan software CLO 3D. Mahasiswa diajarkan menjahit virtual untuk kemudian mensimulasikan hasil desain mereka lalu membuat animasi dalam sebuah tayangan maya peragaan busana.
"Di tugas ini mahasiswa diminta promosikan baju desainnya dalam bentuk foto fesyen. 3D Prototyping yang dibuat di CLO3D bisa terlihat realistik seolah-olah ada model memakai baju fisik sungguhan," katanya.
Adapun cara kerjanya mahasiswa menempelkan virtual garmen (3D) ke foto fesyen. Sebelumnya mahasiswa memodifikasi pose tubuh avatar CLO3D sedemikian rupa meniru pose foto modelnya, kemudian membuat simulasi 3D garmen yang di draping ke pose avatar tadi . Setelah jadi, 3D garmen tadi di-compose dengan Photoshop.
Ketika industri fesyen memanfaatkan state of the art software seperti CLO ini maka proses desain dan produksi garmen akan lebih efisien. Tak hanya itu designer tidak perlu membuat contoh fisik untuk jualan sehingga proses time to market juga lebih cepat. Proses riset juga jadi lebih cepat.
"Desainer itu tidak perlu bolak balik ke toko kain, mencoba kain, mencari warna yang sesuai. Pokoknya menggunakan digital fashion ini designer bisa langsung memilih, menentukan kain hingga melihat hasilnya saat itu juga," katanya.
Harapannya mahasiswa dapat menjual 3D garmen baju sebagai NFT (Non-Fungible Token) di Metaverse bersamaan dengan physical twin-nya jika mahasiswa juga memproduksi contoh fisiknya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023