Surabaya - Keberadaan sejumlah pilot asing di maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memberikan dukungan terhadap realisasi "Asean Open Sky 2015".
"Keyakinan tersebut karena sumber daya manusia/SDM pilot luar negeri lebih siap pakai dibandingkan di Tanah Air meskipun penerbang asing berstatus karyawan kontrak," kata "Vice President Corporate Communications" PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Pujobroto, dihubungi dari Surabaya, Sabtu.
Bahkan, ungkap dia, dipekerjakannya sejumlah pilot asing di Garuda Indonesia hanya bersifat sementara atau dengan kontrak kerja selama satu tahun. Upaya tersebut sejalan dengan pengembangan bisnis yang dilakukannya.
"Apalagi, kini kami melaksanakan program 'Quantum Leap' agar menjadi maskapai penerbangan yang kompetitif dalam industri penerbangan internasional," ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan penerbang seiring kedatangan pesawat baru yang dipesannya mencapai 154 unit armada pada tahun 2015, ia mengaku, telah melaksanakan kerja sama dan merekrut penerbang baru dari sekolah penerbangan seperti PLP Curug dan Bali International Flight Academy.
"Namun demikian, mengingat para penerbang baru yang telah direkrut tersebut masih memerlukan pendidikan lanjutan sebelum bertugas mengoperasikan pesawat," katanya.
Sementara, imbuh dia, untuk memenuhi kebutuhan penerbang pihaknya harus merekrut penerbang yang telah siap untuk mengoperasikan pesawat, termasuk penerbang asing.
"Sesuai ketentuan perusahaan, kami menerapkan ketentuan kepegawaian bagi karyawan berstatus pegawai tetap dan kontrak," katanya.
Khusus para penerbang yang bekerja secara sementara, rinci dia, mereka harus melaksanakan ketentuan kepegawaian sebagai karyawan kontrak. Status itu mengakibatkan mereka menerima penghasilan lebih besar.
"Akan tetapi, karyawan kontrak tidak menerima berbagai keuntungan seperti asuransi kesehatan pensiun, uang masa kerja, uang pensiun, jumlah cuti yang lebih sedikit dibandingkan yang diterima para pilot berstatus pegawai tetap," katanya.
Selain itu, tambah dia, keberadaan penerbang asing juga mempercepat jenjang karir pilot Garuda yakni dari kopilot menjadi kapten atau menjadi 9,7 tahun dibandingkan sebelumnya 18 tahun. Sementara itu, sistem "total reward" yang diterima karyawan dan pilot Garuda telah sesuai harga pasar "close to market" yaitu Garuda telah melakukan "benchmark" ke perusahaan penerbangan internasional lain.
"Di samping itu, sudah dilaksanakan sosialisasi antara manajemen dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) mengenai pilot asing sebagai program bersifat sementara 'bridging'. Bahkan, hal tersebut telah disepakati untuk dilaksanakan," katanya.
Terkait adanya pernyataan keberatan dari penerbang domestik tentang status penerbang asing dan rencana aksi mogok penerbang, lanjut dia, Manajemen Garuda Indonesia siap duduk bersama dengan mereka walaupun tindakan itu diperbolehkan oleh undang -undang.
"Tapi, aksi mogok baru dapat dilakukan apabila telah melalui proses perundingan yang bersifat bipartit dan tripartit," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011