Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember (Unej) Prof Sutriono menyarankan petani kelor di Kabupaten Sumenep, Madura untuk memasarkan produknya ke pasar ekspor.

"Kami mendorong petani kelor di Sumenep dapat memasarkan produknya ke pasar internasional," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa.

Dekan Fakultas Pertanian Unej telah menyerahkan alat penyulingan daun kelor kering dan alat pressing biji kelor di Desa Pakandangan, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Menurutnya potensi tanaman kelor di Desa Pakandangan sangat besar dengan dibuktikan sejak tahun 2014 masyarakat tersebut terus berinovasi dalam mengolah produk-produk turunan dari tanaman tersebut.

"Saya yakin dengan potensi yang ada dan dukungan dari berbagai pihak dalam mengembangkan potensi itu akan berdampak pada meningkatnya ekonomi masyarakat di Desa Pakandangan," tuturnya.

Pihaknya terus memberikan pendampingan kepada para petani hingga terbentuk pasar baru dengan alat penyulingan tersebut maka para petani dapat mengolah bahan baku kelor kering atau basah menjadi pewangi ruangan.

"Sedangkan alat pressing biji kelor untuk membuat minyak oles dengan khasiat melembabkan, menghaluskan dan untuk menjaga kulit kepala dengan kandungan polifenol, flavonoit, vitamin C dan anti oksidan," katanya.

Sutriono mengatakan nilai kandungan yang ada pada biji kelor dan daun kelor sama, namun biji kelor dapat meningkat kandungannya jika disangrai.

"Dalam perkembangannya para petani telah banyak membuat turunannya yaitu obat herbal dalam bentuk kapsul, teh celup, keripik, masker, kerupuk, tepung dan makanan ringan yang berbahan baku kelor," ujarnya.

Menurutnya nilai ekonomi produk tersebut sangat tinggi dengan bahan baku yang sangat melimpah, sehingga pihaknya berharap masyarakat konsisten dalam mengembangkan produk itu dan tentunya akan didampingi Unej dengan riset-riset yang telah dilakukan.

Sementara Ketua Kelompok Tani yang sekaligus di Direktur CV. Nurul Jannah, Ahmad Nurdin mengatakan kontribusi yang diberikan Universitas Jember dalam mengangkat perekonomian masyarakat dengan riset dan pengabdiannya lebih terukur dan terarah.

"Salah satunya pendampingan budidaya tanaman kelor. Mereka tidak hanya mendampingi lewat riset, namun mendampingi juga untuk memasarkan produk berbahan baku kelor di pasar nasional hingga ekspor," katanya.

Ia menjelaskan bahan baku daun kelor mudah didapatkan dan harga relatif murah sekitar Rp3.500/kg, sedangkan harga tepung daun kelor mencapai Rp200.000 per kilogam.

"Kurang lebih ada 50 hektare pohon kelor organik yang tersebar di wilayah Kecamatan Bluto, sehingga kami tidak khawatir kehabisan bahan baku," ujarnya.

Ahmad juga berharap ada peran pemerintah untuk mendukung produk lokal yang ada di Kabupaten Sumenep untuk bisa bersaing di pasar nasional hingga mancanegara.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023