PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) mengantisipasi kecelakaan angkutan barang berbahaya, sekaligus menyiapkan penanganannya seandainya kemungkinan terburuk terjadi. 

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama TPS Bambang Hasbullah menjelaskan sebagai terminal internasional, anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) itu sebenarnya telah memiliki prosedur khusus untuk penanganan barang-barang berbahaya.

“Kami memiliki gudang dan blok khusus di lapangan penumpukan untuk danger goods atau barang-barang berbahaya, yang tentunya sudah sesuai dengan ketentuan penanganannya, mulai dari suhu ruang yang aman, tempat yang kering dan tidak lembab, dibedakan dengan barang-barang biasa lainnya," katanya di Surabaya, Senin.

Namun, Bambang menandaskan, untuk memastikan prosedur telah dipahami oleh segenap personel TPS untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi dalam penanganan barang berbahaya, maka "refreshment" dan simulasi secara berkesinambungan perlu dilakukan. 

Salah satu barang berbahaya yang kerap dikirim melalui TPS adalah sianida, yang biasanya banyak digunakan untuk keperluan fumigasi, penambangan, dan produksi kertas, tekstil, serta plastik. 

Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk kristal, gas, dan cairan.

Menurut Bambang, khusus untuk penanganan kecelakaan angkutan barang sianida di TPS, telah menjalin kerja sama dengan PT Trans Continent selaku perusahaan ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) yang menangani pengeluaran barang tersebut. 

Sesuai prosedur, setiap hendak dilakukan pengiriman barang berbahaya, di area depan gedung TPS sudah dipersiapkan tim tanggap darurat pengawalan sampai dipastikan benar-benar diterima oleh pemilik barang.

Tim tanggap darurat dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) serta dibekali peralatan khusus. Sehingga seandainya terjadi kecelakaan, semisal barang berbahaya tumpah akibat dari kontainer yang terguling, dapat segera tertangani dengan cepat tanpa korban jiwa.

Tadi siang dilakukan simulasi "joint drill" penanganan barang berbahaya sianida, diikuti sekitar 50 pekerja yang terlibat langsung dengan proses bongkar muat barang berbahaya tersebut, baik dari internal TPS maupun PT Trans Continent.

HSE Manager PT Trans Continent Welem Bawangun Senaen Bambulu mengungkapkan tujuan dilakukannya "join drill" ini juga sebagai bahan evaluasi untuk mengukur kinerja perusahaan melalui proses audit yang dilakukan oleh International Cyanide Management Institute (ICMI), lembaga internasional yang terakreditasi untuk mengawasi produksi, manufaktur, distribusi, peredaran, transportasi dan penggunaan sianida di seluruh dunia, yang memiliki tenaga ahli kompeten untuk melakukan audit serta mengeluarkan sertifikasi di industri tersebut.

“Kami ingin memastikan bahwa penanganan barang berbahaya dari kami maupun dari sisi TPS sebagai penyedia layanan dan fasilitasnya sudah sesuai standar yang telah ditentukan,” ujarnya.(*)


 

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : A Malik Ibrahim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022