Tawa dan keceriaan mewarnai kegiatan pemulihan trauma (trauma healing) anak-anak penyintas gempa Cianjur di posko pengungsian RT 01, RW 06 Kampung Cipetir, Desa Ciwalet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu.

Meski yang hadir memberikan pemulihan trauma adalah anggota Korps Brimob Polri, anak-anak tetap ceria bermain bersama Polwan Brimob Polri itu.

Sekitar 30 anak berkumpul di samping saung dan tenda-tenda tempat mereka mengungsi. Dengan semangat mengikuti arahan dari dua Polwan Brimob yang diturunkan untuk memberikan pemulihan trauma.

Kegiatan pemulihan trauma dilakukan di ruang terbuka, di pinggiran sawah, dan pemandangan Gunung Gede Pangrango yang menjulang tinggi menampakkan puncaknya.

Anak-anak itu bermain dengan menyanyikan lagu-lagu yang membuat motorik mereka bergerak dan saling interaksi bersama.



Salah satu lagu yang dibawakan yaitu lagu tentang menghadapi gempa. Lagu itu dinyanyikan sebagai edukasi bagi anak-anak ketika terjadi gempa mereka harus menutupi kepala, menghindari kaca, berlindung di bawah meja dan lari menuju lapangan.

"Ada beberapa lagu anak-anak tadi yang dinyanyikan, salah satunya lagu tentang pendidikan gempa tadi," kata Bripda Heni Sri Rahayu.

Selain bernyanyi bersama, anak-anak tersebut juga ditantang untuk berani tampil menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan, bagi yang berani akan mendapatkan hadiah kecil-kecilan berupa biskuit dan minuman.

Satu jam lamanya, Rizky, Siti Fatimah Zahra dan teman-temannya semangat mengikuti pemulihan trauma. Tangan mereka pun sudah penuh dengan bingkisan snack yang dibagikan karena mampu memenangkan perlombaan.
Anak-anak pengungsi gempa di Kampung Cipetir, Desa Walet, Warung Kondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mengikuti kegiatan pemulihan trauma oleh Korps Brimob Polri, Sabtu (26/11/2022). ANTARA/Laily Rahmawaty

Siti Fatimah Zahra (10), siswa kelas IV SDN Cipetir itu masih trauma dengan gempa, bahkan tidak mau lagi ke sekolah.

Saat kejadian gempa, Sifa, panggilan akrabnya, baru pulang dari sekolah. Lalu dia duduk di depan rumah sambil makan mi.

Ketika gempa terjadi, Sifa tertimbun reruntuhan rumahnya, hingga melukai sebagian wajah kirinya. Di matanya juga ada bercak darah yang belum hilang, sedangkan luka akibat tertimpa tembok rumah sudah mulai mengering meninggal bekas.

"Makanya dia malu ke sekolah, karena takut diledek teman-teman," ujar ibu Sifa yang juga mengalami luka di lutut.

Dalam tragedi itu, Sifa juga kehilangan kakek nya yang meninggal dunia karena tertimpa bangunan rumahnya.



Hari keenam setelah gempa, Sifa bersama ayah, ibu serta saudaranya masih mengungsi di posko I RT 01, RW 06 Kampung Cipetir, Desa Ciwalet, Kabupaten Cianjur.

Menurut Aang Petir, tokoh masyarakat setempat, ada 400 jiwa terdiri atas 150 kepala keluarga yang mengungsi setelah gempa. Hampir 90 persen rumah warga ambruk, ada sekitar 112 bangunan rata.

Warga RT satu mengungsi dekat pematang sawah, di atas tanah lapang tak jauh dari Pondok Pesantren Perempuan Sunanul Abror. Lokasi pengungsian tersebut becek ketika hujan turun, sehingga warga kesulitan untuk istirahat, karena tergenang oleh air hujan.

Sementara itu, tenda yang digunakan warga, terbuat dari terpal seadanya. Beralaskan terpal plastik. Beberapa warga ada yang mengungsi di saung milik sekolah, untuk menghindari dingin dan basah hujan.

"Di sini yang paling dibutuhkan itu terpal, supaya setiap KK bisa bikin tenda nya masing-masing, atau bisa tenda pleton itu, kan agak besar dan tinggi nyaman buat warga," ucap Aang. (*)
 

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022