Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengemukakan budi daya dan bisnis ikan koi bisa menjadi salah satu upaya untuk mengurangi kemiskinan di Tanah Air.
"Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang harus dientaskan. Oleh karena itu, bisnis dan budi daya ikan koi menjadi salah satu jawaban atas masalah itu," kata Muhadjir dalam penutupan "Malang Koi Show" di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Ahad.
Sedangkan, pendirian Center of Excellence (CoE) Koi UMM, kata dia, adalah satu upaya strategis dalam pengembangan bisnis sekaligus upaya mewujudkan cita-cita pemerintah Indonesia untuk menjadi poros perikanan dunia.
“Kerja sama yang dibangun UMM dengan mitra Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) adalah langkah bagus. Dengan begitu, kemajuan dan pendidikan budi daya koi bisa terlaksana,” ucapnya.
Ia menjelaskan, dari sisi ekonomi berbisnis ikan cukup menguntungkan. Seperti, di lahan setengah hektare dengan sistem tumpang dapat menghasilkan Rp350 juta dalam waktu enam bulan sehingga dalam setahun mendapatkan sekitar Rp700 juta.
Jika dibandingkan dengan penghasilan petani padi, dalam enam bulan mencapai hanya sekitar Rp40 juta dan setahun Rp80 juta dengan luas lahan yang sama (setengah hektare), sehingga bisnis ikan koi cukup menguntungkan.
Senada dengan Menko PMK, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto mengatakan hobi para peserta bisa dijalankan dengan profesional, sehingga menghasilkan kapital. Apalagi, dengan dibukanya kelas profesional koi oleh UMM yang diharapkan mampu memberikan edukasi mumpuni.
Didik mendorong mahasiswa untuk serius ketika menekuni dunia koi karena aktivitas ini membantu dunia perikanan Indonesia.
“Pak bupati (Bupati Malang Sanusi) juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kegiatan tersebut. Bahkan, nanti Pak bupati akan ambil bagian di kelas profesional koi,” katanya.
Wabup Malang yang juga alumnus UMM itu berharap langkah-langkah yang sudah dijalankan ini bisa didampingi dengan baik oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sehingga dapat memberikan hasil maksimal serta memberikan manfaat lebih luas ke masyarakat.
Sementara itu, Rektor UMM Dr Fauzan menilai bahwa ajang ini menjadi bahan bakar lahirnya CoE Koi dari prodi akuakultur UMM. Dengan begitu, lulusan sekolah profesional ini bisa mengangkat ekonomi masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan atau dengan memberikan edukasi.
“Saya yakin kerja sama strategis UMM dengan DUDI dapat menjadikan koi sebagai komoditas bagus dan menjadi bagian dari kemajuan ekonomi Indonesia,” ucapnya.
Juara umum dalam ajang tersebut yaitu Heru Santoso, peserta asal Magetan dengan perolehan poin 100.350 dari 12 juri.
Pesertanya sebanyak 1.700 ekor ikan koi dan gelarannya hasil kolaborasi UMM dengan "Malang Koi Club" yang digelar pada Sabtu-Ahad (27-28/8).
Perlombaan tersebut merupakan satu dari tiga rangkaian acara Malang Koi Show. Dua lainnya adalah temu bisnis koi dan peluncuran CoE Koi prodi akuakultur UMM.
Malang Koi Show memperebutkan piala bergengsi, di antaranya Piala Menko PMK, Piala Dirjen Perikanan Budi Daya KKP RI, Piala Bupati Malang, Piala Rektor UMM, dan Piala Rektor Institut Injil Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang harus dientaskan. Oleh karena itu, bisnis dan budi daya ikan koi menjadi salah satu jawaban atas masalah itu," kata Muhadjir dalam penutupan "Malang Koi Show" di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Ahad.
Sedangkan, pendirian Center of Excellence (CoE) Koi UMM, kata dia, adalah satu upaya strategis dalam pengembangan bisnis sekaligus upaya mewujudkan cita-cita pemerintah Indonesia untuk menjadi poros perikanan dunia.
“Kerja sama yang dibangun UMM dengan mitra Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) adalah langkah bagus. Dengan begitu, kemajuan dan pendidikan budi daya koi bisa terlaksana,” ucapnya.
Ia menjelaskan, dari sisi ekonomi berbisnis ikan cukup menguntungkan. Seperti, di lahan setengah hektare dengan sistem tumpang dapat menghasilkan Rp350 juta dalam waktu enam bulan sehingga dalam setahun mendapatkan sekitar Rp700 juta.
Jika dibandingkan dengan penghasilan petani padi, dalam enam bulan mencapai hanya sekitar Rp40 juta dan setahun Rp80 juta dengan luas lahan yang sama (setengah hektare), sehingga bisnis ikan koi cukup menguntungkan.
Senada dengan Menko PMK, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto mengatakan hobi para peserta bisa dijalankan dengan profesional, sehingga menghasilkan kapital. Apalagi, dengan dibukanya kelas profesional koi oleh UMM yang diharapkan mampu memberikan edukasi mumpuni.
Didik mendorong mahasiswa untuk serius ketika menekuni dunia koi karena aktivitas ini membantu dunia perikanan Indonesia.
“Pak bupati (Bupati Malang Sanusi) juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kegiatan tersebut. Bahkan, nanti Pak bupati akan ambil bagian di kelas profesional koi,” katanya.
Wabup Malang yang juga alumnus UMM itu berharap langkah-langkah yang sudah dijalankan ini bisa didampingi dengan baik oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sehingga dapat memberikan hasil maksimal serta memberikan manfaat lebih luas ke masyarakat.
Sementara itu, Rektor UMM Dr Fauzan menilai bahwa ajang ini menjadi bahan bakar lahirnya CoE Koi dari prodi akuakultur UMM. Dengan begitu, lulusan sekolah profesional ini bisa mengangkat ekonomi masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan atau dengan memberikan edukasi.
“Saya yakin kerja sama strategis UMM dengan DUDI dapat menjadikan koi sebagai komoditas bagus dan menjadi bagian dari kemajuan ekonomi Indonesia,” ucapnya.
Juara umum dalam ajang tersebut yaitu Heru Santoso, peserta asal Magetan dengan perolehan poin 100.350 dari 12 juri.
Pesertanya sebanyak 1.700 ekor ikan koi dan gelarannya hasil kolaborasi UMM dengan "Malang Koi Club" yang digelar pada Sabtu-Ahad (27-28/8).
Perlombaan tersebut merupakan satu dari tiga rangkaian acara Malang Koi Show. Dua lainnya adalah temu bisnis koi dan peluncuran CoE Koi prodi akuakultur UMM.
Malang Koi Show memperebutkan piala bergengsi, di antaranya Piala Menko PMK, Piala Dirjen Perikanan Budi Daya KKP RI, Piala Bupati Malang, Piala Rektor UMM, dan Piala Rektor Institut Injil Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022