Ibu-ibu dari kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di lingkungan Rukun Warga 9, Kelurahan Banyu Urip Kota Surabaya unjuk kreasi kue yang jadinya semakin meneguhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Aneka kue, seperti yang dipamerkan di Balai RW setempat dibuat oleh ibu-ibu PKK dari sebanyak 20 Rukun Tetangga (RT) di wilayah RW 9. 

"Semuanya terbuat dari bahan polopendem atau tanaman jenis umbi,” kata Ketua PKK RW 9 Banyu Urip Surabaya Siti Masrukah di sela kegiatan, Sabtu malam. 

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke- 77 RI.

Masrukah mengungkapkan polopendem merupakan bahan dasar makanan yang mudah didapatkan di pasar tradisional dan harganya lebih murah dari beras. 

Menurutnya, perlombaan ini sekaligus untuk memicu ibu-ibu warganya untuk menggalakkan roda perekonomian keluarga melalui usaha mikro, kecil menengah (UMKM).
Kue "Balada Indonesia" dari bahan "polopendem" karya ibu-ibu PKK RW 9 Banyu Urip Surabaya. ANTARA/Hanif Nashrullah.

"Kami tak menyangka, ibu-ibu ini kreativitasnya bagus-bagus dan bisa menunjang untuk UMKM. Jadi tujuannya memang itu, biar menambah income ibu-ibu," ujarnya.

Titik Suarsih yang bertindak sebagai juri lomba mengakui kreativitas ibu-ibu warga RW 9 Banyu Urip Surabaya, bahkan disebutnya luar biasa. 

"Ini kan polopendem ya, ibu-ibu ini paham betul umbi-umbian itu harus diapakan. Ada yang punya ide singkong dibikin kue tar. Ada juga singkong yang jadi puding. Selain itu ibu-ibu juga membuat puding kentang," katanya. 

Sementara itu, melalui perlombaan tersebut sebagai ajang menemukan bibit UMK untuk selanjutnya mendapat pembinaan lebih profesional dari Pemerintah Kota Surabaya
.
Kue "Pancasila" dari bahan "polopendem" karya ibu-ibu PKK RW 9 Banyuurip Surabaya. ANTARA/Hanif Nashrullah.

Tina Kustia Dewi, salah satu peserta lomba, mengungkapkan kegembiraannya karena bisa beraktivitas kembali dan dapat menyemarakkan rangkaian kegiatan untuk memeriahkan Kemerdekaan RI, setelah dua tahun sebelumnya ditiadakan akibat pandemi COVID-19. 

"Ini adalah ungkapan sebagai warga yang sudah menikmati kemerdekaan. Terbebas dari penjajahan dan tinggal menikmati enaknya. Kita juga sudah bisa beraktivitas kembali setelah terbebas dari pandemi," tuturnya. (*).

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022