Para petani tambak mengeluhkan pembangunan rumah pompa di timur bozem Wonorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur, yang malah menambah masalah banjir khususnya lahan-lahan pertambakan milik warga setempat.
Salah seorang petani tambak Medokan Ayu, Nawawi Ahmad di Surabaya, Senin, mengatakan, sejak dibangunnya pompa air di sebelah timur bozem atau penampungan air di Wonorejo malah selalu menambah masalah banjir khususnya lahan-lahan pertambakan milik warga Medokan Ayu.
"Setiap tahun lahan pertambakan selalu banjir. Bahkan setahun bisa dua kali bajir. Tentunya merugikan petani tambak hingga ratusan juta rupiah," kata Nawawi yang juga Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan (LKMK) Medokan Ayu, Surabaya.
Menurut dia, lahan tambak yang berada sisi barat pompa air tidak pernah kebagian air laut karena air tidak bisa sampai terhalang oleh pintu air.
Mestinya, lanjut dia, air dari avur Medokan Ayu dan avur Wonorejo mestinya dipompa dan dialirkan ke sungai Jagir.
"Itu solusi yang tepat bukan dengan menutup sungai utama yang semua pertambakan itu butuh air laut," ujar dia.
Namun kenyataannya, lanjut dia, sebagian tambak malah kelebihan air dan sebagian lainnya malah kekurangan air.
Selain itu, menurut Nawawi, solusi yang lain, di sisi timur pintu air itu harus ada normalisasi saluran air yang selama ini mati.
"Dangkal sempit, jadi perlu dinormalisasikan sehingga air bisa maksimal rata semua pertambakan itu," kata dia.
Nawawi mengatakan, sebelum pandemi COVID-19, banyak tanggul tambak yang jebol dan banjir. "Saat itu, saya sudah kirim surat ke Bu Risma (Wali Kota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini) berikut semua foto serta kerugian para petambak. Semua saya lampirkan, tapi belum ada tindakan sama sekali dari pemkot," kata dia.
Wakil Ketua Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya Aning Rahmawati sebelumnya mengatakan, sudah berpuluh-puluh tahun kawasan Medokan Ayu selalu banjir, baik pada saat rob maupun hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama atau durasi lama dengan intensitas rendah, dan sebaliknya.
"Untuk mengatasi banjir di kawasan Medokan Ayu, tidak cukup hanya dilakukan di hilir avour, melainkan juga di hulu avour," kata dia.
Aning menjelaskan anggaran tahun jamak 2022–2023 diperlukan untuk penanganan banjir di tingkat hulu sungai avour berupa pembangunan saluran yang mengarah ke bozem taman jangkar atau tempat penampungan air.
Sedangkan untuk wilayah hilir sendiri, lanjut dia, saat ini masih dihitung anggaran saluran gendong yang bisa menuntaskan masalah antara petani tambak dengan Pemkot Surabaya terkait sosio ekonomi kawasan sekitar.
Adapun upaya penanganan banjir yang sudah masuk dalam APBD Surabaya 2022 yakni untuk Sistem Drainase Jaringan Tersier (SDJT) dan Sistem Drainase Lingkungan Pemukiman (SDLP) di Medokan Ayu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Salah seorang petani tambak Medokan Ayu, Nawawi Ahmad di Surabaya, Senin, mengatakan, sejak dibangunnya pompa air di sebelah timur bozem atau penampungan air di Wonorejo malah selalu menambah masalah banjir khususnya lahan-lahan pertambakan milik warga Medokan Ayu.
"Setiap tahun lahan pertambakan selalu banjir. Bahkan setahun bisa dua kali bajir. Tentunya merugikan petani tambak hingga ratusan juta rupiah," kata Nawawi yang juga Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan (LKMK) Medokan Ayu, Surabaya.
Menurut dia, lahan tambak yang berada sisi barat pompa air tidak pernah kebagian air laut karena air tidak bisa sampai terhalang oleh pintu air.
Mestinya, lanjut dia, air dari avur Medokan Ayu dan avur Wonorejo mestinya dipompa dan dialirkan ke sungai Jagir.
"Itu solusi yang tepat bukan dengan menutup sungai utama yang semua pertambakan itu butuh air laut," ujar dia.
Namun kenyataannya, lanjut dia, sebagian tambak malah kelebihan air dan sebagian lainnya malah kekurangan air.
Selain itu, menurut Nawawi, solusi yang lain, di sisi timur pintu air itu harus ada normalisasi saluran air yang selama ini mati.
"Dangkal sempit, jadi perlu dinormalisasikan sehingga air bisa maksimal rata semua pertambakan itu," kata dia.
Nawawi mengatakan, sebelum pandemi COVID-19, banyak tanggul tambak yang jebol dan banjir. "Saat itu, saya sudah kirim surat ke Bu Risma (Wali Kota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini) berikut semua foto serta kerugian para petambak. Semua saya lampirkan, tapi belum ada tindakan sama sekali dari pemkot," kata dia.
Wakil Ketua Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya Aning Rahmawati sebelumnya mengatakan, sudah berpuluh-puluh tahun kawasan Medokan Ayu selalu banjir, baik pada saat rob maupun hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama atau durasi lama dengan intensitas rendah, dan sebaliknya.
"Untuk mengatasi banjir di kawasan Medokan Ayu, tidak cukup hanya dilakukan di hilir avour, melainkan juga di hulu avour," kata dia.
Aning menjelaskan anggaran tahun jamak 2022–2023 diperlukan untuk penanganan banjir di tingkat hulu sungai avour berupa pembangunan saluran yang mengarah ke bozem taman jangkar atau tempat penampungan air.
Sedangkan untuk wilayah hilir sendiri, lanjut dia, saat ini masih dihitung anggaran saluran gendong yang bisa menuntaskan masalah antara petani tambak dengan Pemkot Surabaya terkait sosio ekonomi kawasan sekitar.
Adapun upaya penanganan banjir yang sudah masuk dalam APBD Surabaya 2022 yakni untuk Sistem Drainase Jaringan Tersier (SDJT) dan Sistem Drainase Lingkungan Pemukiman (SDLP) di Medokan Ayu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022