Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya menampilkan para dewi dalam legenda Indonesia melalui sebuah parade karya 30 make up artist yang digelar di kampus setempat, Rabu. 

"Parade ini menjadi bagian dari sarasehan dan pagelaran ragam kecantikan budaya Indonesia yang dinamakan Swastamita Arunika," kata ketua pelaksana Abraham Ferry Rosando. 

Ferry mengungkapkan parade ini merupakan kegiatan Untag Surabaya untuk memperingati Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno.  

"Kami menggandeng beberapa stakeholder untuk mengisi kegiatan di sini. Termasuk menggandeng para perias Indonesia untuk merias berbagai lakon legenda di Indonesia," ujarnya.

Dengan kegiatan yang digelar di Gedung H. Roeslan Abdulgani Untag Surabaya, diharapkan kaum milenial bisa memperingati Indonesia lewat legenda.

Dalam parade ini, para model dirias secara khusus dengan tampilan modern namun tak meninggalkan kesan legenda lewat beragam kostum dan mahkota yang digunakan.

Bahkan secara khusus tiga MUA menampilkan teknik meriasnya pada tiga sosok dewi yang mengikuti parade, yaitu Dewi Sri, Dewi Saraswati dan Boru Raja.

Rusmawan Fadli, perias tokoh Dewi Sri mengungkapkan sebenarnya untuk karakter dewi di masa lalu tentunya identik dengan make up natural. Namun, karena dalam parade ini dirinya harus menunjukkan karakter dewi yang kuat, iapun memilih make up bold dengan teknik manual.

"Inspirasinya Dewi Sri ini dewi padi dan kesuburan. Jadi saya memberikan make up cantik dan tambahi manik yang mirip padi di bawah mata," ujarnya.

Untuk kostum, Wawan sapaan akrabnya, memilih Gayatri dengan bahan yang ringan untuk memberikan kesan bidadari yang merupakan karakter Dewi Sri.

"Lebih ke karakter Dewi Sri yang akan jadi bidadari maka saya pakai bahan yang agak ringan dan mahkota saya amnil dari batangnya padi saat pilang ke kampung sehingga bisa menggambarkan Dewi Kesuburan," ujarnya.

Sementara itu, Aixa Paramitha, perias tokoh Dewi Gayatri Rajapatmi mengungkapkan memilih make up bold dengan teknik brush agar lebih menyatu dengan kulit dan tahan lama.

Karena kostum yang digunakan berat dan berlapis sehingga kemungkinan keringat model akan berlebih.

Selain itu karakter cantik dan wibawa Gayatri yang merupakan ratu menurutnya bisa tercermin dari tampilan make up bold.

"Jadi make up kekinian tapi tetap memiliki makna masa lalu. Ini impian saya secara pribadi untuk bisa merias tokoh legenda nusantara. Makanya saya sangat exited dan all out. Semua detail saya pertimbangkan untuk tampil maksimal," ungkapnya.

Sementara itu, untuk kostum, Aixa memilih batik tulis dari Dyah Gardania berupa ekor jubah. Sementara untuk kelengkapan kostum seperti hiasan bahu, mahkota hingga hiasan lengan sengaja ia modifikasi sendiri.

"Jadi saya ada observasi Gayatri dulu, adanya patung arca ya saya pelajari untuk membuat kelengkapannya, seperti mahkota 80 persen kemiripan. Sementara hiasan bahu ini untuk ratu saya bedakan dengan dewi lain yang ada di legenda. Jadi saya berikan kemewahan hakiki," katanya.(*)

 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022