RSUD dr. Iskak Tulungagung mempertahankan sistem pengelolaan oksigen tangguh (SPOT) yang dinilai berhasil menghemat pemakaian oksigen medis selama puncak pandemi COVID-19 gelombang dua, dengan ditandai munculnya varian Delta.

"Dukungan tim IPS (instalasi pengelolaan sarana) menjadi kunci utama keberhasilan kami melakukan penghematan energi oksigen medis hingga 27 persen selama puncak pandemi COVID-19, Juli- Agustus 2021 lalu," kata Humas RSUD dr Iskak Tulungagung, Mochammad Rifai di Tulungagung, Jawa Timur, Jumat.

Dikatakan, ketersediaan oksigen adalah salah satu kunci dalam penanganan pasien COVID-19.

Oleh karena itulah, manajemen RSUD dr. Iskak Tulungagung mengoptimalkan pemanfaatan dua suplai tabung oksigen sentral berkapasitas 15 juta liter, 250 tabung oksigen 6 meter kubik serta 500 tabung oksigen berukuran 1 meter kubik.

Jumlah tersebut tentu akan tidak mampu menopang kebutuhan oksigen selama enam hari jika tidak dikelola dengan manajemen yang baik adalah SPOT.

"Sistem penanggulangan oksigen tangguh ini merupakan inovasi yang dilakukan dalam rangka pemenuhan oksigen di saat krisis," katanya.

Sebagaimana diketahui, ledakan kasus COViD-19 yang terjadi di tanah air sejak Juni 2021 telah menyebabkan kebutuhan oksigen medis meningkat tajam.

Hal ini tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas produksi oksigen di dalam negeri. Sebagian besar daerah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, mulai mengalami kelangkaan oksigen medis.

Berdasarkan data PATH, kebutuhan harian oksigen untuk medis tercatat sebesar 306,6 ribu ton per 1 Juli 2021.

Jumlah tersebut meningkat 48 persen dibandingkan pekan sebelumnya yang sebanyak 207,3 ribu ton.

Program ini sudah diinisiasi sejak 8 April 2021. Dengan menggunakan metode Lean Sixsigma, RSUD dr. iskak Tulungagung memecahkan permasalahan dalam hal kelangkaan pasokan oksigen .

Dengan menggunakan metode DMAIC yang dimulai dari menetapkan permasalahan, pengukuran untuk mengetahui besaran deviasi terhadap penggunaan oksigen dan menganalisa penyebab permasalahan.

Metode DMAIC berhasil menemukan inovasi, di antaranya pembuatan aplikasi berbasis Appsheet “i-oxy”, melakukan pencatatan penggunaan oksigen setiap jam, dan penyesuaian tekanan oksigen ruangan.

“Hasilnya, konsumsi penggunaan oksigen turun sampai 27 persen atau pada Juni dan Agustus dapat dihemat sebesar Rp2,414 miliar. Ini merupakan jumlah penghematan yang signifikan.
 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022