Seorang dokter di Kota Kediri, Jawa Timur, melaporkan dugaan rekayasa data penerima vaksin di PCare vaksin RSUD Gambiran, Kota Kediri, ke polres setempat dan meminta polisi mengusut pelaku entry data tersebut.
Dokter Catherina Pipit Hapsari melalui kuasa hukumnya Santoso menjelaskan dugaan rekayasa data penerima vaksin tersebut diketahui setelah ada data masuk di sistem PCare yang mencatat tiga orang dewasa penerima vaksin dosis pertama jenis vaksin Sinovac pada 1 Februari 2022.
Padahal tanggal itu bertepatan dengan hari libur nasional Imlek sehingga tidak ada kegiatan vaksinasi di RSUD Gambiran, Kota Kediri.
"Kronologinya, klien kami masuk dalam tim vaksin. Dinas Kesehatan Kota Kediri menemukan entry data di sistem PCare tiga orang dewasa dosis pertama. Diduga data ketiga orang itu adalah data yang direkayasa tidak sebenarnya menerima dosis itu," kata Santoso di Kediri, Jumat.
Santoso mengatakan kliennya adalah dokter di RSUD Gambiran, Kota Kediri, dan merupakan salah satu petugas yang menangani vaksin.
Dengan adanya tiga nama baru penerima vaksin itu, kliennya sempat dipanggil oleh Inspektorat Kota Kediri bersama lima orang rekannya yang juga sesama petugas vaksinasi.
"Seiring berjalannya waktu karena klien kami ini adalah salah satu petugas yang menangani vaksin, dipanggil. Klien kami dipanggil sampai akhirnya disuruh membuat surat pernyataan. Dari hal tersebut, klien kami merasa disudutkan dengan adanya pernyataan tersebut," katanya.
Ia menambahkan kliennya sudah menjelaskan bahwa tidak melakukan entry data tersebut. Namun, dari pemanggilan oleh Inspektorat, kliennya bersama lima orang petugas vaksinasi seakan-akan telah melakukan rekayasa data penerima vaksin dosis pertama pada tanggal 1 Februari 2022 itu.
Surat pernyataan yang dibuat itu isinya adalah tidak melakukan entry data. Setelah dipanggil Inspektorat, dokter Catherina Pipit Hapsari menjadi tertekan secara psikis. Terlebih lagi, informasi itu juga tersebar ke banyak pihak.
Catherina mempertanyakan kenapa hanya enam orang yang dimintai keterangan dan tidak seluruh grup vaksinator yang dipanggil, mengingat username dan password di sistem PCare diketahui seluruh anggota grup tersebut.
"Oleh sebab itu, hari ini klien kami bermaksud melaporkan supaya hal tersebut bisa diketahui. Itu nanti siapa yang melakukan akan sangat mudah diketahui," kata Santoso.
Ia berharap dengan adanya laporan ini, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar juga turun tangan.
Data peng-input tersebut itu juga bisa diketahui sebab sudah ada nama siapa yang menerima sertifikat tersebut, termasuk nama lengkap, NIK, alamat, bahkan nomor teleponnya.
"Sebagai kuasa hukum dokter Catherina Pipit Hapsari berharap supaya Wali Kota Kediri juga turun tangan dan juga Dinas Kesehatan Kota Kediri turun tangan untuk mengungkap siapa sebenarnya yang melakukan input data dalam sistem vaksinasi di RSUD Gambiran ini," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kediri Kota AKP Girindra Wardana mengatakan pihaknya masih mempelajari dugaan perkara yang dilaporkan itu.
"Kami pelajari materi dugaan perkara yang dilaporkan, sekaligus melaksanakan langkah-langkah penyelidikan untuk menemukan titik terang dari dugaan peristiwa tersebut," kata AKP Girindra.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Dokter Catherina Pipit Hapsari melalui kuasa hukumnya Santoso menjelaskan dugaan rekayasa data penerima vaksin tersebut diketahui setelah ada data masuk di sistem PCare yang mencatat tiga orang dewasa penerima vaksin dosis pertama jenis vaksin Sinovac pada 1 Februari 2022.
Padahal tanggal itu bertepatan dengan hari libur nasional Imlek sehingga tidak ada kegiatan vaksinasi di RSUD Gambiran, Kota Kediri.
"Kronologinya, klien kami masuk dalam tim vaksin. Dinas Kesehatan Kota Kediri menemukan entry data di sistem PCare tiga orang dewasa dosis pertama. Diduga data ketiga orang itu adalah data yang direkayasa tidak sebenarnya menerima dosis itu," kata Santoso di Kediri, Jumat.
Santoso mengatakan kliennya adalah dokter di RSUD Gambiran, Kota Kediri, dan merupakan salah satu petugas yang menangani vaksin.
Dengan adanya tiga nama baru penerima vaksin itu, kliennya sempat dipanggil oleh Inspektorat Kota Kediri bersama lima orang rekannya yang juga sesama petugas vaksinasi.
"Seiring berjalannya waktu karena klien kami ini adalah salah satu petugas yang menangani vaksin, dipanggil. Klien kami dipanggil sampai akhirnya disuruh membuat surat pernyataan. Dari hal tersebut, klien kami merasa disudutkan dengan adanya pernyataan tersebut," katanya.
Ia menambahkan kliennya sudah menjelaskan bahwa tidak melakukan entry data tersebut. Namun, dari pemanggilan oleh Inspektorat, kliennya bersama lima orang petugas vaksinasi seakan-akan telah melakukan rekayasa data penerima vaksin dosis pertama pada tanggal 1 Februari 2022 itu.
Surat pernyataan yang dibuat itu isinya adalah tidak melakukan entry data. Setelah dipanggil Inspektorat, dokter Catherina Pipit Hapsari menjadi tertekan secara psikis. Terlebih lagi, informasi itu juga tersebar ke banyak pihak.
Catherina mempertanyakan kenapa hanya enam orang yang dimintai keterangan dan tidak seluruh grup vaksinator yang dipanggil, mengingat username dan password di sistem PCare diketahui seluruh anggota grup tersebut.
"Oleh sebab itu, hari ini klien kami bermaksud melaporkan supaya hal tersebut bisa diketahui. Itu nanti siapa yang melakukan akan sangat mudah diketahui," kata Santoso.
Ia berharap dengan adanya laporan ini, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar juga turun tangan.
Data peng-input tersebut itu juga bisa diketahui sebab sudah ada nama siapa yang menerima sertifikat tersebut, termasuk nama lengkap, NIK, alamat, bahkan nomor teleponnya.
"Sebagai kuasa hukum dokter Catherina Pipit Hapsari berharap supaya Wali Kota Kediri juga turun tangan dan juga Dinas Kesehatan Kota Kediri turun tangan untuk mengungkap siapa sebenarnya yang melakukan input data dalam sistem vaksinasi di RSUD Gambiran ini," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kediri Kota AKP Girindra Wardana mengatakan pihaknya masih mempelajari dugaan perkara yang dilaporkan itu.
"Kami pelajari materi dugaan perkara yang dilaporkan, sekaligus melaksanakan langkah-langkah penyelidikan untuk menemukan titik terang dari dugaan peristiwa tersebut," kata AKP Girindra.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022