Legislator mendorong Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Surabaya agar pada tahun 2022 bisa mewujudkan, Kota Pahlawan, Jawa Timur, nol korban meninggal akibat kebakaran.
"Memasuki bulan Februari 2022 ini, tingkat kejadian kebakaran di Surabaya terus merangkak naik. Kami mendorong tahun 2022 Surabaya nol korban meninggal akibat kebakaran," kata anggota Komisi B DPRD Surabaya Alfian Limardi di Surabaya, Rabu.
Alfian mengatakan dalam Peraturan Wali Kota (Perwali) Surabaya Nomor 16 Tahun 2014 disebutkan bahwa Pemkot Surabaya menetapkan waktu tanggap kebakaran selama 15 menit.
Namun, lanjut dia, berdasarkan catatan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surabaya 2020, rata-rata waktu respons kebakaran tahun 2018 hingga tahun 2020 kurang 15 menit.
"Meskipun capaian waktu tanggap kebakaran terpenuhi, sepanjang tahun 2020 kebakaran gedung di Surabaya masih memakan lima korban meninggal dan lima korban meninggal di sepanjang tahun 2021," ujarnya.
Menurut dia, hal yang terpenting selain penanganan adalah mitigasi kebakaran misalnya minimal setiap Rukun Tetangga (RT) tersedia alat pemadam api ringan (Apar) atau setiap rumah tangga wajib memiliki Apar.
"Agar terlatih penggunaannya, warga diberi edukasi serta melalui simulasi kebakaran di wilayahnya," katanya.
Untuk itu, Alfian mendorong agar waktu tanggap kebakaran bisa berada di sekitar 7 menit 41 detik yang sudah mencakup waktu dimulai sejak diterimanya pemberitahuan adanya kebakaran di suatu tempat.
Selain itu, interpretasi penentuan lokasi kebakaran dan penyiapan pasukan serta sarana pemadaman, waktu perjalanan dari pos pemadam menuju lokasi, dan waktu gelar peralatan di lokasi sampai dengan siap operasi penyemprotan.
"Hasil riset menunjukkan waktu tanggap kebakaran yang ideal sekitar 7 menit sebab api belum terlalu besar, korban bisa terselamatkan, dan kerusakan bangunan belum semakin luas," katanya.
Apabila waktu respons kebakaran lebih dari 9 menit, kata dia, api akan semakin besar dan akan semakin sulit api dipadamkan. Akibatnya peluang memakan korban meninggal akan semakin besar dan tingkat kerusakan bangunan akan semakin luas.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Surabaya Dedik Irianto sebelumnya mengatakan, pada tahun 2019 jumlah kebakaran yang terjadi kurang lebih 964 kejadian, sedangkan tahun 2020 turun menjadi 600 kejadian.
"Artinya ada penurunan sekitar 30 persen," katanya.
Menurut dia, para personel PMK Surabaya selama ini cepat tanggap dalam merespons setiap kejadian kebakaran di Kota Pahlawan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Memasuki bulan Februari 2022 ini, tingkat kejadian kebakaran di Surabaya terus merangkak naik. Kami mendorong tahun 2022 Surabaya nol korban meninggal akibat kebakaran," kata anggota Komisi B DPRD Surabaya Alfian Limardi di Surabaya, Rabu.
Alfian mengatakan dalam Peraturan Wali Kota (Perwali) Surabaya Nomor 16 Tahun 2014 disebutkan bahwa Pemkot Surabaya menetapkan waktu tanggap kebakaran selama 15 menit.
Namun, lanjut dia, berdasarkan catatan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surabaya 2020, rata-rata waktu respons kebakaran tahun 2018 hingga tahun 2020 kurang 15 menit.
"Meskipun capaian waktu tanggap kebakaran terpenuhi, sepanjang tahun 2020 kebakaran gedung di Surabaya masih memakan lima korban meninggal dan lima korban meninggal di sepanjang tahun 2021," ujarnya.
Menurut dia, hal yang terpenting selain penanganan adalah mitigasi kebakaran misalnya minimal setiap Rukun Tetangga (RT) tersedia alat pemadam api ringan (Apar) atau setiap rumah tangga wajib memiliki Apar.
"Agar terlatih penggunaannya, warga diberi edukasi serta melalui simulasi kebakaran di wilayahnya," katanya.
Untuk itu, Alfian mendorong agar waktu tanggap kebakaran bisa berada di sekitar 7 menit 41 detik yang sudah mencakup waktu dimulai sejak diterimanya pemberitahuan adanya kebakaran di suatu tempat.
Selain itu, interpretasi penentuan lokasi kebakaran dan penyiapan pasukan serta sarana pemadaman, waktu perjalanan dari pos pemadam menuju lokasi, dan waktu gelar peralatan di lokasi sampai dengan siap operasi penyemprotan.
"Hasil riset menunjukkan waktu tanggap kebakaran yang ideal sekitar 7 menit sebab api belum terlalu besar, korban bisa terselamatkan, dan kerusakan bangunan belum semakin luas," katanya.
Apabila waktu respons kebakaran lebih dari 9 menit, kata dia, api akan semakin besar dan akan semakin sulit api dipadamkan. Akibatnya peluang memakan korban meninggal akan semakin besar dan tingkat kerusakan bangunan akan semakin luas.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Surabaya Dedik Irianto sebelumnya mengatakan, pada tahun 2019 jumlah kebakaran yang terjadi kurang lebih 964 kejadian, sedangkan tahun 2020 turun menjadi 600 kejadian.
"Artinya ada penurunan sekitar 30 persen," katanya.
Menurut dia, para personel PMK Surabaya selama ini cepat tanggap dalam merespons setiap kejadian kebakaran di Kota Pahlawan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022