Pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) 50 persen dalam sehari diterapkan kembali di Kota Surabaya, Jawa Timur, diterapkan kembali menyusul angka kasus positif COVID-19 di kota tersebut terus mengalami kenaikan.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Surabaya, Kamis, mengatakan, pemberlakuan PTM 50 persen atau meniadakan dua shift PTM 100 persen bisa dilaksanakan mulai Kamis ini atau Jumat (4/2) besok.  

"Biasanya kan ada dua shift 100 persen, mulai saat ini saya hentikan dulu. Mekanismenya, sehari masuk, sehari tidak, hanya ada satu shift 50 persen," katanya.

Menurut Eri, kebijakan ini diambil menyusul jumlah kasus aktif yang tercatat di dalam data laman lawancovid-19.surabaya.go.id per tanggal 2 Februari 2022, pukul 15.00 WIB total ada 587 orang.
Jumlah itu, menurut Eri akan terus merangkak naik, jika tidak dilakukan mitigasi secepat mungkin.

Untuk saat ini, lanjut dia, Surabaya masih berada di angka 16,4 persen jumlah kasus positifnya. Jika menginjak angka 20 persen per 100 ribu penduduk, maka bisa jadi daerah atau kota tersebut meningkat menjadi Level 2.  Kota Surabaya berstatus Level 1, artinya masih di bawah 20 persen.

Wali Kota Eri sebelumnya juga meminya Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk memasifkan tracing dan testing guna mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 khususnya jenis varian Omicron di Surabaya.

"Apabila terjadi kenaikan, hal ini terjadi karena telah melakukan tracing secara massif untuk mencegah penyebaran COVID-19. Semakin banyak tidak apa-apa, nanti diobati. Tapi kalau terlambat dan tidak melakukan tracing tepat dan testing yang cepat, maka ini akan menjadi bom waktu," katanya.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, Eri tidak ingin bila terjadi lonjakan kasus COVID-19, khususnya saat varian Delta masuk ke Kota Surabaya. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh Kota Surabaya yang dinilai sebagai salah satu kota yang aman.

"Tidak ada swab hunter, swab massal, dan tidak ada testing yang massif, akhirnya meledak. Ini yang saya tidak mau, sekarang kami masifkan testing dan tracing, nanti baru setelah itu baru kami treatment," ujarnya. (*)

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022