Kegiatan mendongeng mulai dipopulerkan kembali di perkampungan Kota Surabaya, Jawa Timur, sebagai upaya menumbuhkan minat baca masyarakat khususnya dari kalangan anak-anak.

"Kami berharap di akhir pekan atau hari-hari libur banyak bibit unggul yang bermunculan di beberapa pemukiman warga. Mereka itu bisa ditampilkan dengan mendongeng di TBM (Taman Bacaan Masyarakat)," kata Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Musdiq Ali Suhudi saat meluncurkan Surabaya Mendongeng di TBM Balai RW VIII Perumahan Gunung Anyar Emas, Gunung Anyar, Surabaya, Kamis.

Menurutnya, dengan mendongeng itu maka kepercayaan diri anak-anak diharapkan semakin tumbuh dan berkembang. Apalagi, lanjut dia, kalau mendongeng itu pasti akan membaca terlebih dahulu, sehingga diharapkan minat baca bagi anak-anak dan orang tua juga bisa tumbuh dengan adanya mendongeng itu.

Musdiq juga menjelaskan bahwa saat ini kebudayaan mendongeng ini sudah mulai tergerus. Bahkan, terkadang orang tua itu hanya memberikan ponselnya kepada anaknya supaya bisa melihat cerita-cerita di Youtube dan sebagainya, sedangkan orang tuanya tidur.

"Nah, kebiasaan inilah yang harus kita hilangkan dan mendongeng kita tumbuhkan lagi. Dengan mendongeng, maka orang tuanya pasti membaca lalu mendongengkan, sehingga di situ ada filter dan bisa memasukkan nilai-nilai dongeng kepada anaknya," ujarnya.

Ia juga memastikan bahwa Surabaya Mendongeng itu baru diluncurkan di tempat itu. Sebab, sebelumnya program mendongeng itu masih kurang masif. 

Makanya, lanjut dia, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meminta kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan untuk bergerak secara masif dalam program Surabaya Mendongeng itu. 

"Jadi, Surabaya Mendongeng ini betul-betul kami masifkan dan dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Surabaya," ujarnya.

Selain itu, Musdiq juga menjelaskan, bahwa di Surabaya itu ada sebanyak 532 TBM yang terdiri dari dua perpustakaan pusat dan 530 TBM.  Lokasi TBM itu berada di fasilitas-fasilitas publik dan permukiman warga, mulai dari Balai RI, kantor kelurahan, taman-taman, dan tempat lainnya.

"Lokasi TBM itu secara fisik banyak yang tidak memenuhi syarat, karena bercampur dengan yang lainnya. Makanya, kita buat TBM itu senyaman mungkin, bahkan banyak yang sudah kami mural, sehingga pengunjung bisa merasa nyaman dan betah di TBM itu," kata dia.

Meski begitu, Musdiq juga memastikan bahwa yang dinilai dalam kompetisi branding TBM itu bukan hanya perbaikan atau kondisi fisik TBM. Lebih dari pada itu, yang dinilai adalah administrasinya, aktivitasnya, keterlibatan TBM di tengah-tengah masyarakat dan juga menghasilkan bibit-bibit penulis atau tidak.

Kompetisi tersebut sudah dimulai sejak tahun 2018, 2019, dan 2020 sempat terhenti karena adanya pandemi, kemudian pada tahun 2021 ini dilanjutkan lagi. 

Adapun pesertanya tahun ini sebenarnya 85 TBM, tapi karena masih pandemi, ternyata banyak yang belum siap, sehingga hanya tersisa 62 TBM.  Dari 62 TBM itu dipilih enam kategori terbaik, yang mana masing-masing kategori dipilih tiga terbaik. 

"Semoga dengan cara ini TBM di Surabaya bisa terus berkembang," katanya. (*)


 

 
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021