Puluhan hektare lahan pertanian di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, teredam banjir akibat jebolnya tanggul sungai di Desa Tunggangri, Kecamatan Kalidawir, sehingga air meluber ke permukiman hingga persawahan setempat, Jumat.
Bencana yang dipicu hujan deras itu menyebabkan aktivitas perekonomian di beberapa desa setempat nyaris lumpuh total.
Jalan-jalan terendam banjir hingga setinggi pinggang. Tak sedikit pula rumah yang ikut terendam. Bahkan kebun dan persawahan lebih parah lagi. Namun air bah cepat surut seiring aliran air ke dataran yang lebih rendah sebelum kembali ke aliran sungau kembali.
"Data sementara ada 42 hektare sawah yang terendam," kata Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana UPSDA I Brantas, BBWS Brantas Junaedi di Tulungagung.
Banjir bandang itu dipicu tanggul sungai yang membelah Desa Tunggangri jebol selebar hamir 9 meter. Akibatnya, air yang digelontor dari area pegunungan yang mengalami hujan deras ke daerah dataran seperti Desa Tunggangri membeludak hingga melampaui kapasitas tampung sungai.
Belum ada rincian pasti areal persawahan yang rusak terendam banjir. Pihak Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tulungagung sampai saat ini masih melakukan pendataan.
Namun, jika mengacu data awal dari Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana UPSDA I Brantas, BBWS Brantas, data sementara ada 42 hektar sawah yang terdampak.
"Mayoritas berupa tanaman jagung. Kalau yang belum berbuah, pasti gagal panen," kata Junaedi.
Selain di Desa Tunggangri, air juga menggenangi lahan pertanian di Desa Jabon Kecamatan Kalidawir yang letaknya bersebelahan.
Seorang petani, Karim (60) harus membabat tanaman jagung miliknya, karena mati diterjang air. "Sebenarnya sudah dari seminggu lalu hujan terus. Tapi baru semalam banjir besar," ujarnya.
Karim menunjukan buah jagung miliknya yang masih muda atau biasa disebut dengan istilah janten (bahasa Jawa).
Padahal tanaman jagung miliknya sudah berusia 70 hari dan kurang 30 hari untuk bisa dipanen. Lantaran masih muda, tanaman jagung itu dimanfaatkan untuk pakan sapi.
"Sudah tidak bisa dimanfaatkan sama sekali selain pakan sapi. Kalau yang sudah isi, meski belum tua masih bisa dipanen," ujar Karim.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Suprapti, mengatakan hingga saat ini pihaknya masih mendata kerusakan tanaman milik petani.
Dari laporan sementara, kerusakan terbesar adalah tanaman jagung. "Nanti jika sudah selesai akan kami sampaikan. Sekarang petugas masih di lapangan melakukan pendataan," demikian Suprapti.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Bencana yang dipicu hujan deras itu menyebabkan aktivitas perekonomian di beberapa desa setempat nyaris lumpuh total.
Jalan-jalan terendam banjir hingga setinggi pinggang. Tak sedikit pula rumah yang ikut terendam. Bahkan kebun dan persawahan lebih parah lagi. Namun air bah cepat surut seiring aliran air ke dataran yang lebih rendah sebelum kembali ke aliran sungau kembali.
"Data sementara ada 42 hektare sawah yang terendam," kata Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana UPSDA I Brantas, BBWS Brantas Junaedi di Tulungagung.
Banjir bandang itu dipicu tanggul sungai yang membelah Desa Tunggangri jebol selebar hamir 9 meter. Akibatnya, air yang digelontor dari area pegunungan yang mengalami hujan deras ke daerah dataran seperti Desa Tunggangri membeludak hingga melampaui kapasitas tampung sungai.
Belum ada rincian pasti areal persawahan yang rusak terendam banjir. Pihak Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tulungagung sampai saat ini masih melakukan pendataan.
Namun, jika mengacu data awal dari Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana UPSDA I Brantas, BBWS Brantas, data sementara ada 42 hektar sawah yang terdampak.
"Mayoritas berupa tanaman jagung. Kalau yang belum berbuah, pasti gagal panen," kata Junaedi.
Selain di Desa Tunggangri, air juga menggenangi lahan pertanian di Desa Jabon Kecamatan Kalidawir yang letaknya bersebelahan.
Seorang petani, Karim (60) harus membabat tanaman jagung miliknya, karena mati diterjang air. "Sebenarnya sudah dari seminggu lalu hujan terus. Tapi baru semalam banjir besar," ujarnya.
Karim menunjukan buah jagung miliknya yang masih muda atau biasa disebut dengan istilah janten (bahasa Jawa).
Padahal tanaman jagung miliknya sudah berusia 70 hari dan kurang 30 hari untuk bisa dipanen. Lantaran masih muda, tanaman jagung itu dimanfaatkan untuk pakan sapi.
"Sudah tidak bisa dimanfaatkan sama sekali selain pakan sapi. Kalau yang sudah isi, meski belum tua masih bisa dipanen," ujar Karim.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Suprapti, mengatakan hingga saat ini pihaknya masih mendata kerusakan tanaman milik petani.
Dari laporan sementara, kerusakan terbesar adalah tanaman jagung. "Nanti jika sudah selesai akan kami sampaikan. Sekarang petugas masih di lapangan melakukan pendataan," demikian Suprapti.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021