Desa Wedani di Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ditunjuk sebagai desa devisa kelima nasional oleh pemerintah pusat bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Empat desa devisa lainnya berada di Kabupaten Jembrana (Bali), Kabupaten Bantul (Yogyakarta), Kabupaten Banyuwangi (Jatim), dan Kabupaten Subang (Jabar).
"Alhamdulillah LPEI hadir dan kami mengapresiasi sebab mereka juga memberikan pendampingan serta terus memberikan arahan dan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh Desa Wedani," kata Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, Selasa.
Gus Yani, sapaan akrabnya, mengatakan Desa Wedani memiliki potensi sebagai desa produsen sarung berkualitas dan dijuluki desa tenun sebab dikenal berbagai kalangan sebagai desa penghasil kain sarung dengan berbagai motif.
Desa Wedani memiliki sekitar 60 perajin sarung dan menyerap lebih kurang 1.500 tenaga kerja dengan kemampuan produksi masing-masing perajin sebanyak 200 lembar sarung tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) per hari.
Pemkab Gresik mencatat produksi sarung tenun Desa Wedani telah diekspor ke berbagai negara, di antaranya Arab Saudi, Ethiopia, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
"Kekhasan sarung Wedani adalah berbagai motif, seperti songket Gunung Timbul, Goyor, Corak Liris, dan Mustamin sangat diminati pasar," kata Gus Yani.
Oleh karena itu, Desa Wedani layak disebut desa devisa dan mendapat pendampingan dari lembaga terkait agar dapat mengembangkan potensi ekspor dan memiliki pangsa pasar yang lebih luas.
"Kami berharap semakin banyak desa di Kabupaten Gresik yang berinovasi dan menghasilkan produk unggulan sebagai perwujudan One Village One Product yang digaungkan dalam Nawa Karsa Bupati dan Wakil Bupati Gresik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Empat desa devisa lainnya berada di Kabupaten Jembrana (Bali), Kabupaten Bantul (Yogyakarta), Kabupaten Banyuwangi (Jatim), dan Kabupaten Subang (Jabar).
"Alhamdulillah LPEI hadir dan kami mengapresiasi sebab mereka juga memberikan pendampingan serta terus memberikan arahan dan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh Desa Wedani," kata Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, Selasa.
Gus Yani, sapaan akrabnya, mengatakan Desa Wedani memiliki potensi sebagai desa produsen sarung berkualitas dan dijuluki desa tenun sebab dikenal berbagai kalangan sebagai desa penghasil kain sarung dengan berbagai motif.
Desa Wedani memiliki sekitar 60 perajin sarung dan menyerap lebih kurang 1.500 tenaga kerja dengan kemampuan produksi masing-masing perajin sebanyak 200 lembar sarung tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) per hari.
Pemkab Gresik mencatat produksi sarung tenun Desa Wedani telah diekspor ke berbagai negara, di antaranya Arab Saudi, Ethiopia, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
"Kekhasan sarung Wedani adalah berbagai motif, seperti songket Gunung Timbul, Goyor, Corak Liris, dan Mustamin sangat diminati pasar," kata Gus Yani.
Oleh karena itu, Desa Wedani layak disebut desa devisa dan mendapat pendampingan dari lembaga terkait agar dapat mengembangkan potensi ekspor dan memiliki pangsa pasar yang lebih luas.
"Kami berharap semakin banyak desa di Kabupaten Gresik yang berinovasi dan menghasilkan produk unggulan sebagai perwujudan One Village One Product yang digaungkan dalam Nawa Karsa Bupati dan Wakil Bupati Gresik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021