Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Himpunan Ahli Teknik Hidarulika Indonesia (HATHI) menyiapkan sejumlah langkah menghadapi Badai La Nina yang berpotensi menyebabkan banjir. 

"Sesuai prediksi BMKG, pola hujan mulai akhir 2021 hingga awal 2022 dipengaruhi oleh La Nina," kata Sekjen Kementerian PUPR Zainal Fattah dalam sambutannya secara daring dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Himpunan Ahli Teknik Hidarulika Indonesia (HATHI) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, Indonesia merupakan salah satu negara yang dianugerai dengan potensi sumber daya air yang besar. Tentunya, lanjut dia, potensi besar itu menuntut pengelolaan yang baik dan berkenjutan.

"Saatnya potensi sumber daya kita, sejatinya menyimpan potensi daerah rusak air yang juga besar. Kejadian bencana alam menunjukkan kecenderungan meningkat," ujarnya.
 
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana, khusus kejadian banjir setidaknya telah terjadi 750 kejadian pada 2019, meningkat menjadi 1.000 kejadian pada 2020 dan 2021 sudah menujukkan tren yang sama.

Disisi lain, lanjut dia, pihaknya juga mencermati hasil kajian dari beberapa pihak yang menunjukkan bahwa kenderungan peningkatakan kejadian bencana hidrometeorologi atau bencana yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya.

"Bencana hidrometeorologi merupakan salah satu dampak perubahan iklim global. Untuk kawasan tropis dimana kita tinggal, perubahan iklim berdampak dalam intensitas hujan," ujarnya. 

Sebagaimana yang prediksi BMKG akan terjadi Badai La Nina,  lanjut dia, pihaknya telah melakukan langkah-langkah di antaranya mengaktifkan satgas penangulangan bencana untuk melakukan monitoring semua infrastruktur yang ada di Indonesia agar bisa mengetahui berapa volume banjir.

"Kami juga melaksanakan SOP siaga bencana di 250 bendungan dengan volume tampungan 4,7 miter kubik (m3)," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum HATHI Ir. Jarot Widyoko dalam sambutannya secara daring menyatakan kawasan Indonnesia diprediksi dilewati Badai La Nina dengan intensitas hujan diperkirakan 70 persen dari biasanya.

"Untuk itu, kami mengharapkan mulai dari diri pribadi, institusi termasuk dari balai balai yang ada bergerak mengosongkan atau meminimalkan tampungan-tampungan yang bisa diatur," katanya. 

Namun, lanjut dia, harus diperhatikan juga kebutuhan minimal untuk Pembangkit Listri Tenaga Air (PLTA) maupun kebutuhan air baku. "Waduk atau bendungan bisa menerima air secara maksimal atau mengurangi debit yang diakibatkan intensitas hujan tinggi," katanya. (*)


 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021