Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT Pelindo Terminal Petikemas Edi Priyanto menyebut penggunaan teknologi mempermudah pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Edi, saat menjadi salah satu narasumber dalam Seminar K3 yang diselenggarakan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Jumat, mengatakan transformasi teknologi digital telah membantu banyak perusahaan dalam implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Oleh karena itu, dia menekankan penggunaan teknologi sebagai sarana bantu dalam implementasi SMK3 juga harus diimbangi budaya perusahaan.
Baca Juga : Edi Priyanto raih "WSO Concerned Citizen Award"
Menurutnya, budaya perusahaan mengambil peranan penting dalam implementasi SMK3 di dunia industri.
"Teknologi adalah alat bantu atau alat pendukung, akan bermanfaat jika organisasi itu sudah menerapkan SMK3 dengan baik, dengan penuh kesadaran, budaya sudah terbentuk untuk selalu berperilaku aman dalam segala aspek pekerjaan," kata Edi.
Dengan kehadiran teknologi, kata dia, pengawasan dan pelaksanaan K3 menjadi lebih mudah dan cepat. Pelaksanaan sosialisasi, misalnya, dapat memanfaatkan aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan untuk menyebarluaskan informasi. Demikian halnya pelaksanaan pelaporan patroli dan lainnya dapat memanfaatkan aplikasi berbasis telepon genggam.
"Pengumpulan data, pelaporan dini, pelaksanaan briefing, pemeriksaan kesehatan, dan hal-hal lainnya dapat diintegrasikan dalam sebuah sistem berbasis teknologi informasi, jadi akan memudahkan organisasi dalam menyampaikan bukti-bukti saat audit SMK3," katanya.
Pembicara lain dalam acara itu, Alvin Alfiansyah mencontohkan, beberapa aplikasi teknologi yang mampu mendukung implementasi SMK3 khususnya di industri dengan tingkat risiko tinggi, di antaranya adalah visual inspection, artificial intelligence, augmented reality dan digital twin.
Penggunaan visual inspection misalnya, pekerja menggunakan kacamata yang dilengkapi dengan kamera yang langsung terhubung ke jaringan kantor. Sehingga, pihak yang bertanggung jawab dapat memonitor langsung situasi di lapangan dan menilai risiko yang ada.
“Di industri migas pada saat melakukan inspeksi membuang sisa gas (flare), mereka akan menggunakan drone untuk pengawasan,” katanya.
Hal lain adalah penggunaan teknologi artificial intelligence, digunakan untuk mendeteksi jarak pekerja dengan alat yang dioperasikan. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi penggunaan alat pelindung diri yang digunakan oleh para pekerja.
“Alat dengan teknologi tersebut akan merekam mereka yang dikenali tidak menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan ketentuan, lalu dengan otomatis melaporkan kepada pengawas, ini tentu memudahkan dalam pengawasan,” katanya.
Sementara itu, kegiatan yang menghadirkan sejumlah pakar K3 tersebut membahas mengenai penggunaan teknologi sebagai bagian dari upaya pencegahan maupun monitoring K3 di lingkungan kerja.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Edi, saat menjadi salah satu narasumber dalam Seminar K3 yang diselenggarakan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Jumat, mengatakan transformasi teknologi digital telah membantu banyak perusahaan dalam implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Oleh karena itu, dia menekankan penggunaan teknologi sebagai sarana bantu dalam implementasi SMK3 juga harus diimbangi budaya perusahaan.
Baca Juga : Edi Priyanto raih "WSO Concerned Citizen Award"
Menurutnya, budaya perusahaan mengambil peranan penting dalam implementasi SMK3 di dunia industri.
"Teknologi adalah alat bantu atau alat pendukung, akan bermanfaat jika organisasi itu sudah menerapkan SMK3 dengan baik, dengan penuh kesadaran, budaya sudah terbentuk untuk selalu berperilaku aman dalam segala aspek pekerjaan," kata Edi.
Dengan kehadiran teknologi, kata dia, pengawasan dan pelaksanaan K3 menjadi lebih mudah dan cepat. Pelaksanaan sosialisasi, misalnya, dapat memanfaatkan aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan untuk menyebarluaskan informasi. Demikian halnya pelaksanaan pelaporan patroli dan lainnya dapat memanfaatkan aplikasi berbasis telepon genggam.
"Pengumpulan data, pelaporan dini, pelaksanaan briefing, pemeriksaan kesehatan, dan hal-hal lainnya dapat diintegrasikan dalam sebuah sistem berbasis teknologi informasi, jadi akan memudahkan organisasi dalam menyampaikan bukti-bukti saat audit SMK3," katanya.
Pembicara lain dalam acara itu, Alvin Alfiansyah mencontohkan, beberapa aplikasi teknologi yang mampu mendukung implementasi SMK3 khususnya di industri dengan tingkat risiko tinggi, di antaranya adalah visual inspection, artificial intelligence, augmented reality dan digital twin.
Penggunaan visual inspection misalnya, pekerja menggunakan kacamata yang dilengkapi dengan kamera yang langsung terhubung ke jaringan kantor. Sehingga, pihak yang bertanggung jawab dapat memonitor langsung situasi di lapangan dan menilai risiko yang ada.
“Di industri migas pada saat melakukan inspeksi membuang sisa gas (flare), mereka akan menggunakan drone untuk pengawasan,” katanya.
Hal lain adalah penggunaan teknologi artificial intelligence, digunakan untuk mendeteksi jarak pekerja dengan alat yang dioperasikan. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi penggunaan alat pelindung diri yang digunakan oleh para pekerja.
“Alat dengan teknologi tersebut akan merekam mereka yang dikenali tidak menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan ketentuan, lalu dengan otomatis melaporkan kepada pengawas, ini tentu memudahkan dalam pengawasan,” katanya.
Sementara itu, kegiatan yang menghadirkan sejumlah pakar K3 tersebut membahas mengenai penggunaan teknologi sebagai bagian dari upaya pencegahan maupun monitoring K3 di lingkungan kerja.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021