Dinas Kesehatan Kota Surabaya memiliki tiga strategi mencegah anak terlahir stunting atau kerdil di Kota Pahlawan, yakni, memberikan tablet Zat Besi (Fe), pendidikan pranikah bagi calon Pengantin dan pemantauan gizi ibu hamil hingga pascamelahirkan.
 
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Senin, mengatakan, memberikan tablet Zat Besi (Fe) penambah darah pada remaja putri penting untuk menjaga kesehatan reproduksi remaja putri. 
 
"Karena, ketika remaja putri menstruasi akan mengalami kekurangan Zat Besi. Oleh sebab itu, selain mengkonsumsi tablet FE, remaja putri juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan vitamin," kata Febria.

Menurut dia, tablet FE tersebut bisa didapatkan dengan mudah di seluruh Puskesmas maupun fasilitas layanana kesehatan lainnya di  Kota Surabaya.

Sedangkan strategi kedua, lanjut dia, adalah pendidikan pranikah bagi calon pengantin (Catin). Setelah remaja putri beranjak dewasa dan akan melaksanakan pernikahan, lanjut dia, Dinkes Surabaya beker jasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) memberikan pendidikan pranikah bagi catin.
 
"Orang tidak bisa menikah kalau belum mendapatkan pendidikan pranikah. Tidak hanya itu, kesehatannya pun juga kita periksa melalui laboratorium untuk diketahui kondisi kesehatannya. Apakah normal kondisinya, terkena HIV atau tidak, thalassemia-Nya normal atau tidak itu semua kita periksa,” katanya.
 
Tidak hanya Pendidikan Pranikah untuk Catin, Febria menyebut, setelah melaksanakan pernikahan, pasangan suami istri (pasutri) masih dipantau kesehatannya dengan pendidikan ibu hamil. Pendidikan ini dimulai dari proses kehamilan hingga pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada anak usia dua tahun.
 
"Pendampingan itu mulai dari pemberian asupan gizi saat hamil dan menyusui harus dipantau. Biasanya kan ada keengganan atau kurang percaya diri ibu untuk memberikan ASI kepada anaknya, padahal ASI itu penting untuk pertumbuhan anak dan mencegah stunting,” ujar Febria.
 
Menurutnya, pemberian ASI pada anak itu wajib dilakukan oleh Ibu selama enam bulan berturut-turut pascamelahirkan. Karena selama enam bulan pascamelahirkan, ASI memiliki kandungan gizi tinggi bagi anak.
 
"Jadi jangan menggunakan susu bubuk instan, sebaiknya menggunakan ASI eksklusif supaya anak tercukupi kebutuhan gizinya dan anak bisa tinggi. Alhamdulillah Kota Surabaya ini bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif angkanya sangat bagus, mencapai 78 persen lebih dari angka nasional,” katanya. (*)
 
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021