Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Solo Technopark menjalin kerja sama untuk membangun kapasitas nasional industri hulu migas.

Kerja sama ini dituangkan dalam Nota Kesepahaman SKK Migas dengan Pemerintah Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, yang ditandatangani Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko dan Wali kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, di Gedung Solo Trade Center – Surakarta, Jumat (17/9).

Selain dihadiri Wali kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, acara dihadiri pula oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Nurwahidi.

Kegiatan dirangkai dengan Audiensi secara tertutup antara Wali kota Surakarta dan Jajaran Management SKK Migas-Perwakilan Jabanusa dan ditutup dengan foto bersama.

Dwi Soetjipto menjelaskan, ada tiga bidang kerja sama yakni bidang Pendidikan, pengembangan sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan (research and development) serta bidang pengabdian masyarakat.

"Nota kesepahaman ini dilakukan untuk bersinergi mengembangkan sumber daya manusia dan teknologi untuk pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi," kata Dwi.
 
Dari Kiri - Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas - Rudi Satwiko, Kepala SKK Migas Dwi Soetijpto, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi (ANTARA/HO SKK Migas)

SKK Migas mengajak Solo Technopark bekerja sama, karena karakter industri hulu migas adalah padat modal, menggunakan teknologi yang tinggi dan penuh risiko karena cadangan migas yang akan dieksploitasi. 

"Dengan nempertimbangkan potensial yang ada untuk membangun kapasitas nasional, kami mengajak Solo Technopark bekerja sama," kata Dwi Soetjipto.

SKK Migas memiliki peran strategis dalam kerja sama ini, terutama setelah Indonesia memastikan sektor gas menjadi penopang energi transisi, pada saat Indonesia aktif mengembangkan energi baru terbarukan.

"Dengan pencanangan ini, Indonesia menjadi satu-satunya negara berani mencanangkan peningkatan Produksi pada tahun 2030," kata Dwi Soetjipto.

Selain meningkatkan produksi, target multiplier effect menjadi target yang ingin dicapai. Hal ini telah menjadi komitmen pemerintah. Oleh karena itu beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi telah menetapkan Proyek Abadi Masela ada di darat atau Onshore, bukan di laut atau Offshore. Penetapan lokasi Onshore ini dilakukan agar dapat memaksimalkan multiplier effect, antara lain penyerapan tenaga kerja.

SKK Migas memerintahkan Kontraktor KKS dan perusahaan menunjang migas untuk ikut mendukung kerja sama dengan Solo Technopark. Petrotekno dan Starborn yang akan ikut langsung terlibat dalam pembangunan SDM. Kerja sama dengan Petrotekno juga pernah dilakukan untuk peningkatan SDM Papua di sekitar proyek Tangguh.

Dwi Soetjipto berharap adanya Corner, baik itu Migas corner atau oil and gas corner yang bisa dijadikan sebagai lokasi pembinaan sumberdaya manusia dan bisa dikembangkan di masa yang akan datang. (*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021