Inovasi Banyuwangi Mengajar yang digagas Pemkab Banyuwangi menjadi salah satu nominator TOP 30 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) Jawa Timur 2021.

Bupati Ipuk Fiestiandani Azwar Anas mempresentasikan secara langsung inovasi Banyuwangi Mengajar tersebut di hadapan dewan juri lewat pertemuan virtual, Selasa.

"Program Banyuwangi Mengajar merupakan inovasi di bidang pendidikan untuk peningkatan kualitas SDM di desa-desa yang secara geografis sulit dijangkau. Setiap tahun, puluhan sarjana muda dikirim ke desa-desa dengan akses tersulit, dan wajib tinggal di sana selama satu tahun," kata Ipuk.

Ia menjelaskan bahwa program Banyuwangi Mengajar adalah upaya transformasi SDM. Menurut dia, desa bukan hanya butuh dana, tapi juga butuh inspirasi yang bisa digerakkan oleh anak-anak muda.

"Mereka (sarjana muda) mengajar, berinteraksi, memberi kursus dan sebagainya. Kehadiran mereka kami harapkan bisa memberi nilai tambah bagi pendidikan anak-anak di wilayah pinggiran," tuturnya.

Kata Ipuk, program Banyuwangi Mengajar digagas Pemkab Banyuwangi sejak 2015. Program ini mengajak para lulusan perguruan tinggi untuk mengabdikan ilmunya dengan mengajar anak usia sekolah di wilayah pelosok Banyuwangi. Para pengajar diberikan insentif bulanan secara khusus oleh pemkab setempat.

Hingga saat ini pemkab telah merekrut total sekitar 240 relawan sarjana muda untuk terjun dalam program Banyuwangi Mengajar. Mereka adalah para penerima program beasiswa Banyuwangi Cerdas yang telah menyelesakan kuliahnya.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas mempresentasikan program Banyuwangi Mengajar secara virtual di hadapan dewan juri Kovablik Jatim 2021. Selasa (5/10/2021) (ANTARA/HO-Humas Pemkab Banyuwangi)


"Ini salah satu solusi kami di tengah kurangnya tenaga pengajar di Banyuwangi. Kami mengajak anak muda yang notabene idealismenya masih tinggi untuk menularkan ilmunya kepada sesama, pasti ini merupakan pengalaman berharga bagi mereka," kata Ipuk.

Kata Ipuk, para relawan disebar di 24 sekolah, yakni 17 SD dan 7 SMP di kecamatan yang memiliki kawasan pegunungan, hutan, dan perkebunan dengan akses tersulit.

"Sejak digagas pada 2015 lalu, inovasi Banyuwangi Mengajar telah banyak memberikan kontribusi positif bagi pendidikan anak-anak di wilayah akses tersulit," ujarnya.

Sementara itu, sejumlah tim juri mengapresiasi paparan inovasi Banyuwangi Mengajar yang di sampaikan oleh Bupati Ipuk. Salah satunya Direktur The Jawa Pos Institute of Pro Otonomi, Dr. Rohman Budijanto. Ia mengatakan program Banyuwangi Mengajar hasilnya sangat konkret.

"Salah satunya terkait penurunan angka putus sekolah di wilayah sasaran program. Dari semula 6,8 kini tinggal 0,02 persen. Ini capaian yang baik. Meski demikian, semoga program ini ini tidak membuat perhatian pemerintah berkurang kepada anak-anak di wilayah perkotaan. Semuanya harus seimbang," kata Rohman.

Data angka putus sekolah di Banyuwangi, turun drastis dari 6,88 persen menjadi 0,02 persen, angka melanjutkan sekolah meningkat dari 57,82 persen menjadi 89,65 persen, angka kelulusan juga naik dari 92,5 persen menjadi 99,98 persen. Selain itu, angka pekerja anak juga terpantau turun dari 255 anak menjadi zero. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021