Sebanyak 45 siswa dari 15 jurusan di SMKN 2 Surabaya mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) jenjang SMK selama dua hari, Rabu dan Kamis (22-23/9). 

"ANBK dilaksanakan sebagai pengganti ujian nasional yang salah satu bentuknya berupa asesmen," kata Ketua Panitia ANBK SMKN 2 Surabaya Dwi Wahyu Hidayat di Surabaya, Rabu. 

Dwi mengatakan tujuan ANBK bukan untuk menilai akademik siswa, melainkan mewakili sekolah untuk perangkingan di tingkat nasional. Penunjukkan peserta pun dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

"Pengambilan siswa (dilakukan) secara acak (oleh Kemendikbud). Jadi kami hanya mengadakan sosialisasi dengan orang tua saja, untuk mendukung jalannya asesmen ini," katanya. 

Selain sosialisasi, lanjut Dwi, persiapan ANBK juga dilakukan dengan melakukan uji coba materi dan komputer yang digunakan serta gladi bersih. 

"Sebelum kegiatan ANBK anak-anak diberi materi yang berhubungan dengan asesmen nasional selama 10 menit, setiap pembelajaran," ujarnya. 

Materi diberikan agar kesiapan siswa lebih matang. Sebab bentuk soal asesment nasional tidak sama dengan ujian nasional yang murni pilihan ganda. Sementara ANBK ini lebih banyak pemahaman soal literasi dan logika numerasi.  

"Jadi memang tujuannya agar siswa punya kemampuan pemahaman terhadap isi bacaan, bernalar dengan menggunakan logika,  pemahaman terhadap lingkungan karena ada kaitannya dengan kecakapan hidup," kata dia.

Sementara itu, karena keterbatasan fasilitas, siswa lain yang tidak ikut asesmen juga diberikan materi melalui buku panduan. Meskipun hal ini jelas berbeda dengan pembacaan soal di layar komputer, karena pernah ada soal tiga halaman hanya satu pertanyaan. 

Eric Richard, siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak mengungkapkan cukup kaget tetapi senang karena bisa mewakili sekolah dan dapat pengalaman baru selama menjadi peserta ANBK.

"Sekolah tidak menekan harus bagaimana, jadi kami santai. Persiapannya lebih ke mental dan lebih banyak belajar biasanya cuma satu jam, sekarang bisa dua jam dan banyak membaca," katanya.

Richard mengungkapkan setelah selesai mengerjakan soal literasi, ia melihat ada beberapa soal yang memang seperti bentuk kehidupan sehari-hari. 

"Ada juga yang soalnya tidak realistis jadi agak sulit jawabnya," ucapnya.

Plt Kepala SMKN 2 Surabaya, Bahrun mengungkapkan selain pada siswa, asesmen juga dilakukan pada para guru dengan memberikan kuesioner pada guru untuk survei belajar siswa.

"Kuesioner saya berikan langsung ke guru-guru supaya mereka bisa mengisi apa adanya. Jadi guru langsung mengisi link kuisioner dan dikirim ke pusat," ujarnya. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021