Sejumlah kiai sepuh di Jawa Timur dalam pertemuan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Senin, meminta Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama bisa digelar pada tahun 2021 ini.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf yang hadir dalam pertemuan di Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, tersebut mengemukakan berkumpulnya para kiai sepuh di Jawa Timur ini untuk membahas sejumlah isu seputar Muktamar NU yang rencananya digelar di Provinsi Lampung pada 2021.
"Kami membicarakan sejumlah hal terkait isu-isu seputar Muktamar NU," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.
Menurut Gus Ipul, dari pertemuan selama sekitar dua jam tersebut, para kiai sepuh Jatim memberikan beberapa masukan untuk ditindaklanjuti PBNU, di antara rekomendasinya adalah perlunya PBNU menyiapkan muktamar pada tahun ini.
"Sejalan dengan keputusan PWNU Jatim, kiai-kiai sepuh menginginkan muktamar bisa dilakukan 2021. Untuk itu, PBNU diminta mempersiapkan sebaik-baiknya muktamar tahun ini. Ini semacam perintah bagi PBNU," kata mantan Wagub Jatim itu.
Menurut Gus Ipul yang kini menjabat Wali Kota Pasuruan itu, Muktamar NU harus digelar tahun ini untuk menjaga agar kegiatan organisasi tetap berjalan normal.
Dalam sejarahnya, NU sudah pernah melakukan muktamar pada keadaan normal maupun genting. Pengalaman inilah yang bisa menjadi pijakan bagi PBNU untuk menggelar muktamar, tanpa ditunda-tunda lagi.
"Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menggelar muktamar dalam keadaan apa pun, meskipun dalam pelaksanaannya perlu beradaptasi karena situasi pandemi COVID-19," kata Gus Ipul.
Ia juga menambahkan hasil pertemuan para kiai di Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, itu juga akan disampaikan segera ke PBNU sehingga harapannya menjadi rumusan kuat agar Muktamar NU benar-benar bisa digelar tahun ini.
Muktamar ke-34 NU rencana semula digelar pada 22-27 Oktober 2020 di Provinsi Lampung. Namun, karena pandemi COVID-19, Konferensi Besar Nahdlatul Ulama pada 2020 memutuskan perubahan waktu Muktamar ke-34 NU menjadi pada Oktober 2021.
Sementara itu, sejumlah kiai sepuh yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain K.H. Anwar Mansyur dan K.H. Kafabihi Mahrus (Pesantren Lirboyo), K.H. Mutawakil Allallah (Pesantren Genggong Probolinggo), K.H. Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jatim), K.H. Ubaidillah Faqih (Pesantren Langitan), dan K.H. Safruddin Sarif (Probolinggo).
Hadir pula sejumlah putra kiai (gus), di antaranya Gus Kautsar (Pesantren Ploso), Gus Fahrurrozi (Malang), Gus Fahim (Ploso), Gus Abdus Salam Shohib (Jombang), dan Gus Athoillah Anwar (Lirboyo).
Dalam pertemuan itu, para kiai dan para gus di Jawa Timur ini mengundang Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Ahyar dan Katib Aam PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
Sebelum menggelar pertemuan di Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Rais Aam dan Katib Aam PBNU juga sempat sowan ke K.H. Nurul Huda Jazuli (Pesantren Ploso Kediri).
Dalam pertemuan itu, keduanya diberi beberapa pesan khusus, di antaranya dukungan kepada Rais dan Katib Aam agar terus menjadi sambungan antara PBNU dan kiai sepuh serta pesantren.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf yang hadir dalam pertemuan di Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, tersebut mengemukakan berkumpulnya para kiai sepuh di Jawa Timur ini untuk membahas sejumlah isu seputar Muktamar NU yang rencananya digelar di Provinsi Lampung pada 2021.
"Kami membicarakan sejumlah hal terkait isu-isu seputar Muktamar NU," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.
Menurut Gus Ipul, dari pertemuan selama sekitar dua jam tersebut, para kiai sepuh Jatim memberikan beberapa masukan untuk ditindaklanjuti PBNU, di antara rekomendasinya adalah perlunya PBNU menyiapkan muktamar pada tahun ini.
"Sejalan dengan keputusan PWNU Jatim, kiai-kiai sepuh menginginkan muktamar bisa dilakukan 2021. Untuk itu, PBNU diminta mempersiapkan sebaik-baiknya muktamar tahun ini. Ini semacam perintah bagi PBNU," kata mantan Wagub Jatim itu.
Menurut Gus Ipul yang kini menjabat Wali Kota Pasuruan itu, Muktamar NU harus digelar tahun ini untuk menjaga agar kegiatan organisasi tetap berjalan normal.
Dalam sejarahnya, NU sudah pernah melakukan muktamar pada keadaan normal maupun genting. Pengalaman inilah yang bisa menjadi pijakan bagi PBNU untuk menggelar muktamar, tanpa ditunda-tunda lagi.
"Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menggelar muktamar dalam keadaan apa pun, meskipun dalam pelaksanaannya perlu beradaptasi karena situasi pandemi COVID-19," kata Gus Ipul.
Ia juga menambahkan hasil pertemuan para kiai di Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, itu juga akan disampaikan segera ke PBNU sehingga harapannya menjadi rumusan kuat agar Muktamar NU benar-benar bisa digelar tahun ini.
Muktamar ke-34 NU rencana semula digelar pada 22-27 Oktober 2020 di Provinsi Lampung. Namun, karena pandemi COVID-19, Konferensi Besar Nahdlatul Ulama pada 2020 memutuskan perubahan waktu Muktamar ke-34 NU menjadi pada Oktober 2021.
Sementara itu, sejumlah kiai sepuh yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain K.H. Anwar Mansyur dan K.H. Kafabihi Mahrus (Pesantren Lirboyo), K.H. Mutawakil Allallah (Pesantren Genggong Probolinggo), K.H. Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jatim), K.H. Ubaidillah Faqih (Pesantren Langitan), dan K.H. Safruddin Sarif (Probolinggo).
Hadir pula sejumlah putra kiai (gus), di antaranya Gus Kautsar (Pesantren Ploso), Gus Fahrurrozi (Malang), Gus Fahim (Ploso), Gus Abdus Salam Shohib (Jombang), dan Gus Athoillah Anwar (Lirboyo).
Dalam pertemuan itu, para kiai dan para gus di Jawa Timur ini mengundang Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Ahyar dan Katib Aam PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
Sebelum menggelar pertemuan di Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Rais Aam dan Katib Aam PBNU juga sempat sowan ke K.H. Nurul Huda Jazuli (Pesantren Ploso Kediri).
Dalam pertemuan itu, keduanya diberi beberapa pesan khusus, di antaranya dukungan kepada Rais dan Katib Aam agar terus menjadi sambungan antara PBNU dan kiai sepuh serta pesantren.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021