Dolar terus menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), bergerak lebih jauh dari level terendah hampir satu bulan pekan lalu, karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS mendorong investor untuk memangkas posisi dolar terhadap euro menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) minggu ini.
Mata uang kripto, termasuk Bitcoin, juga turun tajam dalam perdagangan yang fluktuatif karena beberapa platform perdagangan mengatakan mereka mengalami masalah kinerja.
Pada Jumat (3/9), greenback jatuh ke level terendah sejak awal Agustus setelah laporan penggajian AS yang mengecewakan mendorong para analis untuk meningkatkan taruhan Federal Reserve tidak akan mengurangi stimulusnya dalam beberapa bulan mendatang.
Tetapi dolar telah menguat dalam dua sesi terakhir. Greenback naik 0,33 persen pada Selasa (7/9) menjadi 92,42, setelah menyentuh level terendah sejak 4 Agustus pada Jumat (6/9).
“Tampaknya setelah aksi jual dolar mungkin setidaknya telah membentuk basis jangka pendek,” kata Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotiabank di Toronto.
"Federal Reserve menurut kami masih cenderung bergerak menuju tapering pada akhir tahun ini, ekonomi AS kemungkinan akan berkinerja relatif kuat, jadi pandangan kami adalah penurunan dolar kecil, pelemahan dolar kecil mungkin merupakan peluang beli," katanya.
Data pada Jumat (3/9) menunjukkan taruhan net long spekulan pada mata uang AS tumbuh dalam minggu terakhir, dengan nilai posisi net long dolar pada 10,98 miliar dolar AS untuk pekan yang berakhir 31 Agustus, posisi long terbesar sejak Maret 2020.
Dolar juga diuntungkan dari kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS karena pemerintah AS menjual utang baru minggu ini, termasuk 58 miliar dolar AS dalam surat utang tiga tahun, 38 miliar dalam obligasi 10-tahun dan 24 miliar dolar AS dalam obligasi 30-tahun.
Peningkatan imbal hasil "telah membantu indeks dolar untuk menutup kerugian pasca-NFP (non-farm payrolls) dan beberapa penurunan kemudian," kata ahli strategi Brown Brothers, Harriman dalam sebuah catatan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang berada di sekitar 1,299 perseb sebelum rilis data pekerjaan Jumat (3/9), sekarang berada di 1,373 persen.
Euro terakhir berada di 1,1844 dolar, di bawah tertinggi satu bulan pada Jumat (3/9) di 1,1909 dolar AS.
ECB diperkirakan akan memperdebatkan pemotongan stimulus pada pertemuannya pada Kamis (9/9), dengan para analis memperkirakan pembelian di bawah Program Pembelian Darurat Pandemi (PEPP) ECB kemungkinan turun hingga 60 miliar euro per bulan dari 80 miliar euro saat ini.
Dolar Australia melemah setelah bank sentral Reserve Bank of Australia terjebak dengan rencana untuk mengurangi pembelian obligasi, tetapi mengatakan akan memperpanjang jadwal waktunya karena ekonomi berjuang dengan penguncian virus corona.
Pound juga turun setelah pemerintah Inggris menetapkan rencana untuk menaikkan pajak.
Mata uang kripto jatuh tajam pada Selasa (7/9) dengan Btcoin anjlok 19 persen dan Ether terpuruk 23 persen, sebelum mengurangi kerugiannya.
Beberapa platform perdagangan kripto mengatakan mereka mengalami masalah kinerja pada Selasa (7/9), meskipun tidak jelas apakah ini merupakan kontributor, atau akibat dari volatilitas.
Penurunan juga terjadi ketika El Salvador pada Selasa (7/9) menjadi negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
Bitcoin terakhir turun 10 persen menjadi 47.153 dolar AS dan Ether jatuh 12 persen menjadi 3.460 dolar AS. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Mata uang kripto, termasuk Bitcoin, juga turun tajam dalam perdagangan yang fluktuatif karena beberapa platform perdagangan mengatakan mereka mengalami masalah kinerja.
Pada Jumat (3/9), greenback jatuh ke level terendah sejak awal Agustus setelah laporan penggajian AS yang mengecewakan mendorong para analis untuk meningkatkan taruhan Federal Reserve tidak akan mengurangi stimulusnya dalam beberapa bulan mendatang.
Tetapi dolar telah menguat dalam dua sesi terakhir. Greenback naik 0,33 persen pada Selasa (7/9) menjadi 92,42, setelah menyentuh level terendah sejak 4 Agustus pada Jumat (6/9).
“Tampaknya setelah aksi jual dolar mungkin setidaknya telah membentuk basis jangka pendek,” kata Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotiabank di Toronto.
"Federal Reserve menurut kami masih cenderung bergerak menuju tapering pada akhir tahun ini, ekonomi AS kemungkinan akan berkinerja relatif kuat, jadi pandangan kami adalah penurunan dolar kecil, pelemahan dolar kecil mungkin merupakan peluang beli," katanya.
Data pada Jumat (3/9) menunjukkan taruhan net long spekulan pada mata uang AS tumbuh dalam minggu terakhir, dengan nilai posisi net long dolar pada 10,98 miliar dolar AS untuk pekan yang berakhir 31 Agustus, posisi long terbesar sejak Maret 2020.
Dolar juga diuntungkan dari kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS karena pemerintah AS menjual utang baru minggu ini, termasuk 58 miliar dolar AS dalam surat utang tiga tahun, 38 miliar dalam obligasi 10-tahun dan 24 miliar dolar AS dalam obligasi 30-tahun.
Peningkatan imbal hasil "telah membantu indeks dolar untuk menutup kerugian pasca-NFP (non-farm payrolls) dan beberapa penurunan kemudian," kata ahli strategi Brown Brothers, Harriman dalam sebuah catatan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang berada di sekitar 1,299 perseb sebelum rilis data pekerjaan Jumat (3/9), sekarang berada di 1,373 persen.
Euro terakhir berada di 1,1844 dolar, di bawah tertinggi satu bulan pada Jumat (3/9) di 1,1909 dolar AS.
ECB diperkirakan akan memperdebatkan pemotongan stimulus pada pertemuannya pada Kamis (9/9), dengan para analis memperkirakan pembelian di bawah Program Pembelian Darurat Pandemi (PEPP) ECB kemungkinan turun hingga 60 miliar euro per bulan dari 80 miliar euro saat ini.
Dolar Australia melemah setelah bank sentral Reserve Bank of Australia terjebak dengan rencana untuk mengurangi pembelian obligasi, tetapi mengatakan akan memperpanjang jadwal waktunya karena ekonomi berjuang dengan penguncian virus corona.
Pound juga turun setelah pemerintah Inggris menetapkan rencana untuk menaikkan pajak.
Mata uang kripto jatuh tajam pada Selasa (7/9) dengan Btcoin anjlok 19 persen dan Ether terpuruk 23 persen, sebelum mengurangi kerugiannya.
Beberapa platform perdagangan kripto mengatakan mereka mengalami masalah kinerja pada Selasa (7/9), meskipun tidak jelas apakah ini merupakan kontributor, atau akibat dari volatilitas.
Penurunan juga terjadi ketika El Salvador pada Selasa (7/9) menjadi negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
Bitcoin terakhir turun 10 persen menjadi 47.153 dolar AS dan Ether jatuh 12 persen menjadi 3.460 dolar AS. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021