Ratusan warga dari berbagai usia, mulai anak-anak, remaja hingga orang tua, Sabtu beramai-ramai turun ke sungai jaringan irigasi pertanian di Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, demi berebut ikan "mabuk" saat dilakukan pladu atau penggelontoran lumpur dengan membuka pintu cekdam untuk mencegah pendangkalan.
Aksi berebut ikan bersamaan dengan pladu yang dilakukan setiap tahun itupun mendapat perhatian masyarakat. Banyak yang ikut turun ke sungai untuk ikut menangkap ikan, menjaring dari tepi sungai dan sebagian lainnya hanya menonton dari bantaran sungai.
Warga menggunakan aneka cara untuk menangkap ikan. Ada yang menggunakan jaring tebar, jaring gayung, strum listrik, nampan dari anyaman bambu dan bahkan tak sedikit yang menggunakan tangan kosong.
Warga terlihat antusias berburu ikan mabuk akibat penggelontoran air dari pintu cekdam yang dibuka, meski ikan tangkapan mereka tidak banyak seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Ini ikannya masih gesit sehingga agak sulit ditangkap," kata Jarno (37), salah seorang warga yang ikut berburu ikan di tengah sungai irigasi pertanian di sekitar pintu Cekdam Kalidawir-Boyolangu.
Ikan-ikan hasil tangkapan biasanya mereka santap untuk lauk makan siang dan sore. Sebagian lain menggunakannya untuk merayakan kegembiraan bersama kelompoknya dengan cara dimasak bersama, dibakar ataupun digoreng menjadi lauk makan nasi.
Ada juga sebagian lain yang menjualnya untuk mendapatkan uang.
Kabar akan adanya pladu sudah dinantikan ratusan warga dari berbagai desa di sekitar aliran sungai irigasi pertanian Kalidawir-Boyolangu.
Sejak pagi hari bahkan mereka sudah mengantre sampai pintu Cekdam Kalidawir dibuka penuh beberapa lama sehingga aliran air meluap besar.
Setelah lumpur di sekitar cekdam terangkat dan terbawa arus, pintu cekdam kembali ditutup sehingga aliran air di saluran irigasi pertanian Boyolangu yang semula meningkat dengan cepat surut.
Perubahan tekanan dan arus yang sangat cepat inilah yang membuat biota ikan di ekosistem sungai irigasi ini menjadi "mabuk", akibat air yang seperti diaduk-aduk sangat kuat.
"Selain sebagai salah satu cara membersihkan lumpur di dam atau waduk, acara pladu ini juga menjadi hiburan bagi masyarakat sekitar," terang juru pengairan setempat, Misaji. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Aksi berebut ikan bersamaan dengan pladu yang dilakukan setiap tahun itupun mendapat perhatian masyarakat. Banyak yang ikut turun ke sungai untuk ikut menangkap ikan, menjaring dari tepi sungai dan sebagian lainnya hanya menonton dari bantaran sungai.
Warga menggunakan aneka cara untuk menangkap ikan. Ada yang menggunakan jaring tebar, jaring gayung, strum listrik, nampan dari anyaman bambu dan bahkan tak sedikit yang menggunakan tangan kosong.
Warga terlihat antusias berburu ikan mabuk akibat penggelontoran air dari pintu cekdam yang dibuka, meski ikan tangkapan mereka tidak banyak seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Ini ikannya masih gesit sehingga agak sulit ditangkap," kata Jarno (37), salah seorang warga yang ikut berburu ikan di tengah sungai irigasi pertanian di sekitar pintu Cekdam Kalidawir-Boyolangu.
Ikan-ikan hasil tangkapan biasanya mereka santap untuk lauk makan siang dan sore. Sebagian lain menggunakannya untuk merayakan kegembiraan bersama kelompoknya dengan cara dimasak bersama, dibakar ataupun digoreng menjadi lauk makan nasi.
Ada juga sebagian lain yang menjualnya untuk mendapatkan uang.
Kabar akan adanya pladu sudah dinantikan ratusan warga dari berbagai desa di sekitar aliran sungai irigasi pertanian Kalidawir-Boyolangu.
Sejak pagi hari bahkan mereka sudah mengantre sampai pintu Cekdam Kalidawir dibuka penuh beberapa lama sehingga aliran air meluap besar.
Setelah lumpur di sekitar cekdam terangkat dan terbawa arus, pintu cekdam kembali ditutup sehingga aliran air di saluran irigasi pertanian Boyolangu yang semula meningkat dengan cepat surut.
Perubahan tekanan dan arus yang sangat cepat inilah yang membuat biota ikan di ekosistem sungai irigasi ini menjadi "mabuk", akibat air yang seperti diaduk-aduk sangat kuat.
"Selain sebagai salah satu cara membersihkan lumpur di dam atau waduk, acara pladu ini juga menjadi hiburan bagi masyarakat sekitar," terang juru pengairan setempat, Misaji. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021