Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membekali mahasiswa baru  dengan kecerdasan intelektual spiritual kebangsaan melalui kegiatan Pelatihan Spiritual dan Kebangsaan (PSB) yang diadakan secara daring selama dua hari mulai hari ini, Senin.

"Dalam kegiatan ini maba akan dibekali tentang wawasan spiritual, kebangsaan, dan kecerdasan intelektual. Bekal ini dapat diterapkan oleh maba agar tidak terjerumus dalam hal-hal berbau radikal, baik radikal kanan maupun radikal kiri," kata Ketua Pelaksana Kegiatan PSB ITS Imam Safawi Ahmad.

Lebih lanjut, Imam menjelaskan bahwa maba harus memahami hakikat dan tujuan mereka untuk berkuliah di ITS. 

Perlu mengikuti arahan dosen dan tenaga pendidik lain, serta tidak dengan mudah menelan informasi mentah-mentah selama aktif berkuliah dan berorganisasi. "Aktif boleh, tetapi tetap harus ingat hakikat mahasiswa," ujarnya. 

Sementara itu, Rektor ITS Prof. Mochamad Ashari menjelaskan bahwa sudah tidak ada lagi tempat dengan jenjang lebih daripada perguruan tinggi. 

"Maka, sudah semestinya mahasiswa dapat menjadi pribadi yang unggul, berintelektual, dan berakhlak mulia setelah dirinya berproses di kampus," katanya.

Ia juga menekankan bahwa mahasiswa dihadirkan agar siap menjadi sebaik-baiknya manusia atau yang bermanfaat, sehingga kehadirannya diperlukan oleh masyarakat sesuai dengan tagline ITS, yakni ITS Advancing Humanity. 

"Anda adalah pemimpin bangsa, CEO, wirausahawan, pemikir dan tokoh masyarakat di masa mendatang," ujar guru besar Teknik Elektro ITS ini meyakinkan.

Rektor yang kerap disapa Ashari ini melanjutkan, untuk menuju mahasiswa yang berwawasan intelektual, mahasiswa harus tetap semangat untuk belajar aktif dan memperhatikan pembelajaran. 

Apabila pembelajaran didukung oleh fasilitas dan dosen terbaik, tetapi mahasiswa tidak mau berupaya aktif memperhatikan, maka tidak akan tercapai keunggulan intelektual. 

Dia juga mengingatkan, di tengah pandemi yang menjadi musibah saat ini, para mahasiswa tetap harus mengambil hikmah terkait pembelajaran dan makna belajar secara daring. 

"Belajar memiliki makna yang luas, mahasiswa sudah seharusnya tidak lagi memahami konsep belajar dengan sesuatu hal yang dapat dilakukan dengan pasif," tuturnya. 

Karena itu, menurut Ashari, perlu adanya capaian-capaian kecil untuk bisa mencapai sesuatu yang besar. 

"Harapannya, kelak kalian menjadi pemuda yang mampu mencapai keberhasilan hingga 80 persen dengan effort cukup sebesar 20 persen," ujarnya.  (*)

 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021