Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendukung Kementerian Pertanian (Kementan) untuk terus mengembangkan industri pengolahan porang yang memiliki nilai ekspor tinggi.
Seperti diketahui, tanaman porang saat ini sedang menjadi primadona untuk dibudidayakan petani karena komoditas itu memiliki peluang pasar yang cukup besar. Apalagi permintaan ekspor dan pasar dalam negeri baru terpenuhi sekitar 10 persen.
"Porang punya potensi besar sebagai produk ekspor yang akan mendatangkan banyak devisa bagi negara. Kita ingin tanaman porang dijadikan komoditas super prioritas," kata LaNyalla di sela reses di Madiun, Jawa Timur, Minggu.
Namun, ia menyarankan agar pengembangan porang dalam skala luas dan lengkap dari hulu ke hilir dilakukan dengan kelembagaan petani yang kuat.
Salah satu tempat sentra budi daya porang adalah Kabupaten Madiun. Pada tahun 2020, luas lahan budi daya porang di Madiun mencapai 5.363 hektare dan terletak di sejumlah kecamatan, yaitu Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun.
Kementan mendorong Kabupaten Madiun tak hanya menjadi sentra budi daya, tapi juga sebagai sentra industri olahan porang. Nantinya ekspor porang bukan lagi dalam bentuk umbi, tetapi sudah dalam bentuk olahan, yakni tepung dan beras.
"Porang ini mengandung glukomanan yang menurut para ahli mempercepat rasa kenyang, memperlambat pengosongan perut. Makanya di Jepang, porang dijadikan sebagai bahan baku beras shirataki, yakni beras yang digunakan untuk berdiet. Nah, kita juga ingin nantinya masyarakat global bisa mengenal beras porang dari Madiun," ucapnya.
Tak hanya bahan baku beras diet, menurut LaNyalla, porang diolah menjadi bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, bahan pengental pada produk sirup, dan produk kosmetik.
Oleh karena itu, LaNyalla meminta pemerintah mempersiapkan dengan matang rencana pengolahan porang. Terutama sarana dan prasarana industri dan teknologi pengolahan agar standar ekspor. Bisa juga dengan menggandeng perusahaan yang memiliki pengalaman dalam bidang pengolahan bahan baku makanan.
"Perlu juga memperhitungkan kuantitas hasil porang dari para petani. Jangan sampai setelah ada industri pengolahan, sudah masuk pasar ekspor, ternyata pasokan bahan baku kurang. Jadi harus dipersiapkan sebaik-baiknya," lanjutnya.
LaNyalla meminta Kementan dan pemerintah daerah melakukan upaya akselerasi. Para petani porang perlu diberikan sejumlah program dan bimbingan sehingga budi daya yang dilakukan berhasil.
"Banyak cara yang bisa dilakukan dalam percepatan pengembangan porang. Misalnya bantuan pupuk dan bibit. Juga pendampingan dalam bentuk bimbingan teknis dan kemitraan," ungkapnya.
Selain beberapa bantuan itu, menurut LaNyalla, sektor permodalan perlu dibantu Kementan. Kementan ikut memfasilitasi para petani agar mudah dalam mengakses kredit usaha rakyat (KUR). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Seperti diketahui, tanaman porang saat ini sedang menjadi primadona untuk dibudidayakan petani karena komoditas itu memiliki peluang pasar yang cukup besar. Apalagi permintaan ekspor dan pasar dalam negeri baru terpenuhi sekitar 10 persen.
"Porang punya potensi besar sebagai produk ekspor yang akan mendatangkan banyak devisa bagi negara. Kita ingin tanaman porang dijadikan komoditas super prioritas," kata LaNyalla di sela reses di Madiun, Jawa Timur, Minggu.
Namun, ia menyarankan agar pengembangan porang dalam skala luas dan lengkap dari hulu ke hilir dilakukan dengan kelembagaan petani yang kuat.
Salah satu tempat sentra budi daya porang adalah Kabupaten Madiun. Pada tahun 2020, luas lahan budi daya porang di Madiun mencapai 5.363 hektare dan terletak di sejumlah kecamatan, yaitu Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun.
Kementan mendorong Kabupaten Madiun tak hanya menjadi sentra budi daya, tapi juga sebagai sentra industri olahan porang. Nantinya ekspor porang bukan lagi dalam bentuk umbi, tetapi sudah dalam bentuk olahan, yakni tepung dan beras.
"Porang ini mengandung glukomanan yang menurut para ahli mempercepat rasa kenyang, memperlambat pengosongan perut. Makanya di Jepang, porang dijadikan sebagai bahan baku beras shirataki, yakni beras yang digunakan untuk berdiet. Nah, kita juga ingin nantinya masyarakat global bisa mengenal beras porang dari Madiun," ucapnya.
Tak hanya bahan baku beras diet, menurut LaNyalla, porang diolah menjadi bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, bahan pengental pada produk sirup, dan produk kosmetik.
Oleh karena itu, LaNyalla meminta pemerintah mempersiapkan dengan matang rencana pengolahan porang. Terutama sarana dan prasarana industri dan teknologi pengolahan agar standar ekspor. Bisa juga dengan menggandeng perusahaan yang memiliki pengalaman dalam bidang pengolahan bahan baku makanan.
"Perlu juga memperhitungkan kuantitas hasil porang dari para petani. Jangan sampai setelah ada industri pengolahan, sudah masuk pasar ekspor, ternyata pasokan bahan baku kurang. Jadi harus dipersiapkan sebaik-baiknya," lanjutnya.
LaNyalla meminta Kementan dan pemerintah daerah melakukan upaya akselerasi. Para petani porang perlu diberikan sejumlah program dan bimbingan sehingga budi daya yang dilakukan berhasil.
"Banyak cara yang bisa dilakukan dalam percepatan pengembangan porang. Misalnya bantuan pupuk dan bibit. Juga pendampingan dalam bentuk bimbingan teknis dan kemitraan," ungkapnya.
Selain beberapa bantuan itu, menurut LaNyalla, sektor permodalan perlu dibantu Kementan. Kementan ikut memfasilitasi para petani agar mudah dalam mengakses kredit usaha rakyat (KUR). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021