Lima mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) membuat sosis bergizi tinggi dengan bahan baku ikan barakuda, singkong dan daun kelor dengan pengawet alami dari cangkang udang.
Lima mahasiswa yang membuat sosis dengan merek "BASUKE" (Barakuda, Singkong dan Daun Kelor) tersebut, adalah Surya Rachman Susilowati, Erviana Shinta Dewi, Surya Dewa Ramadhan, Lalu Octavian Diandra P, dan Yesica Wulanda Eka P.
"Sosis BASUKE ini merupakan produk pangan berbahan baku ikan barakuda, singkong dan daun kelor yang menggunakan bahan pengawet dari cangkang atau karapas udang," kata anggota tim, Surya Rachman Susilowati di Malang, Jawa Timur, Kamis .
Ia mengemukakan ikan barakuda mengandung vitamin B2 yang berperan menjaga sistem syaraf agar berjalan normal, membantu memperlancar metabolisme, menyembuhkan radang kulit, mencegah penyakit jantung, dan baik bagi kesehatan mata.
Sedangkan daun kelor digunakan sebagai bahan baku, karena memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan berupa protein, karbohidrat, zat besi, magnesium, dan vitamin A.
Sementara, singkong kaya akan zat besi, energi, fosfor, kalium, karbohidrat, dan lemak serta difortifikasi kitosan yang berfungsi sebagai bahan pengawet alami.
Selain itu, kulit udang juga mengandung protein hingga 40 persen, kalsium karbonat 40-50 persen, dan kitin 20-36,61 persen, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak, kitosan juga melapisi produk yang diawetkan, sehingga terjadi interaksi yang minimal antara produk dan lingkungan.
Surya mengaku ide pembuatan Sosis BASUKE dilatarbelakangi maraknya peredaran makanan olahan di pasaran yang tidak aman. "Sosis yang beredar di pasaran mengandung bahan pengawet berbahaya seperti nitrit. Hal tersebut menimbulkan keraguan terutama pada anak-anak dan masyarakat penggemar sosis," ucapnya.
Sebuah penelitian, lanjutnya, menyebutkan bahwa nitrosodimetilamin yang merupakan hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Selain itu, sifat karsinogenik bisa memicu berkembangnya sel kanker.
Sosis BASUKE dikemas dalam kemasan plastik vacum hampa udara, sehingga makanan akan lebih tahan lama dan mampu menekan pertumbuhan bakteri, serta terhindar dari pertumbuhan mikroba, proses oksidasi dan kerusakan pada produk dapat dihindari, karena kemasan ini kedap udara, sehingga dapat menjamin kualitas dari bahan-bahan atau produk tersebut.
Sosis BASUKE juga sedang dalam tahap uji proksimat di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pengurusan Hak Kelayakan Intelektual, pengajuan sertifikat dan logo halal dari MUI, serta pengajuan BPOM.
Inovasi produk lima mahasiswa FPIK UB di bawah bimbingan dosen Qurrota A`yunin, S.Pi.,MP.,M.Sc ini bisa didapatkan di laman marketplace Shopee dan Tokopedia dengan nama basuke.id. dengan harga yang terjangkau.
Jika ingin mengetahui informasi lebih jelas tentang Sosis BASUKE bisa melihat di sosial medianya, yaitu instagram, Line, Tiktok dengan nama akun basuke.id.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Lima mahasiswa yang membuat sosis dengan merek "BASUKE" (Barakuda, Singkong dan Daun Kelor) tersebut, adalah Surya Rachman Susilowati, Erviana Shinta Dewi, Surya Dewa Ramadhan, Lalu Octavian Diandra P, dan Yesica Wulanda Eka P.
"Sosis BASUKE ini merupakan produk pangan berbahan baku ikan barakuda, singkong dan daun kelor yang menggunakan bahan pengawet dari cangkang atau karapas udang," kata anggota tim, Surya Rachman Susilowati di Malang, Jawa Timur, Kamis .
Ia mengemukakan ikan barakuda mengandung vitamin B2 yang berperan menjaga sistem syaraf agar berjalan normal, membantu memperlancar metabolisme, menyembuhkan radang kulit, mencegah penyakit jantung, dan baik bagi kesehatan mata.
Sedangkan daun kelor digunakan sebagai bahan baku, karena memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan berupa protein, karbohidrat, zat besi, magnesium, dan vitamin A.
Sementara, singkong kaya akan zat besi, energi, fosfor, kalium, karbohidrat, dan lemak serta difortifikasi kitosan yang berfungsi sebagai bahan pengawet alami.
Selain itu, kulit udang juga mengandung protein hingga 40 persen, kalsium karbonat 40-50 persen, dan kitin 20-36,61 persen, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak, kitosan juga melapisi produk yang diawetkan, sehingga terjadi interaksi yang minimal antara produk dan lingkungan.
Surya mengaku ide pembuatan Sosis BASUKE dilatarbelakangi maraknya peredaran makanan olahan di pasaran yang tidak aman. "Sosis yang beredar di pasaran mengandung bahan pengawet berbahaya seperti nitrit. Hal tersebut menimbulkan keraguan terutama pada anak-anak dan masyarakat penggemar sosis," ucapnya.
Sebuah penelitian, lanjutnya, menyebutkan bahwa nitrosodimetilamin yang merupakan hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Selain itu, sifat karsinogenik bisa memicu berkembangnya sel kanker.
Sosis BASUKE dikemas dalam kemasan plastik vacum hampa udara, sehingga makanan akan lebih tahan lama dan mampu menekan pertumbuhan bakteri, serta terhindar dari pertumbuhan mikroba, proses oksidasi dan kerusakan pada produk dapat dihindari, karena kemasan ini kedap udara, sehingga dapat menjamin kualitas dari bahan-bahan atau produk tersebut.
Sosis BASUKE juga sedang dalam tahap uji proksimat di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pengurusan Hak Kelayakan Intelektual, pengajuan sertifikat dan logo halal dari MUI, serta pengajuan BPOM.
Inovasi produk lima mahasiswa FPIK UB di bawah bimbingan dosen Qurrota A`yunin, S.Pi.,MP.,M.Sc ini bisa didapatkan di laman marketplace Shopee dan Tokopedia dengan nama basuke.id. dengan harga yang terjangkau.
Jika ingin mengetahui informasi lebih jelas tentang Sosis BASUKE bisa melihat di sosial medianya, yaitu instagram, Line, Tiktok dengan nama akun basuke.id.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021