Pendiri Komunitas Pure Consciousness Indonesia (PCI)  Aswar Saputra mengemukakan saat ini masyarakat perlu disadarkan mengenai pemahaman sadar maqom atau kedudukan manusia sebagai hamba Allah SWT yang memiliki tanggung jawab besar untuk mengelola alam raya dan kehidupan.

"Saya sebut ini sebagai spiritual mechanism saja ya, agar lebih ringkas. Dalam spiritual mechanism ini kita sadari bahwa diri kita ini adalah pengatur dan pengarah pengalaman dalam ruang waktu ini," katanya, dalam webinar bertama "Advancing Humanity -Filsafat Klinis Progresif Kesadaran Diri" di Surabaya, Sabtu. 

Pembelajar kesadaran dari David R Hawkins, PhD, psikiater yang menulis disertasi berjudul "Power Vs Force" ini, banyak mengulas tentang hakikat diri manusia dari sisi spiritual. 

Dia mengemukakan pentingnya setiap manusia, khususnya mahasiswa, untuk sadar maqom atau kedudukan diri sebagai makhluk paling mulia yang diturunkan Allah ke muka Bumi.

Menurut Aswar, spiritualitas itu perlu perlu fokus pada diri yang abstrak atau immaterial. Manusia sebagai makhluk spiritual adalah diri yang transenden yang melampaui segala keterbatasn sekaligus diri yang imanan untuk hadir dalam ruang waktu sebagai pengelola alam raya.

"Sekarang, yang bicara tentang spiritualitas itu hanya dukun dan agamawan. Kampus yang semestinya mengambil peran pada aspek ini, hanya menempatkan pelajaran spiritual sebagai tambahan atau ekstrakurikuler," kata praktisi tarikat ini. 

Webinar yang dipandu oleh Guru Besar Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS Prof Ridho Bajuadji, PhD dan diikuti oleh para mahasiswa yang sedang mendalami kewirausahaan dan para dosen itu juga menghadirkan Wakil Rektor I Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Dr Adi Suprijanto.

Sementara itu, Adi Suprijanto mengingatkan masyarakat, khususnya kalangan mahahsiswa di kampus itu yang menekuni kewirausahaan, agar mulai belajar mengaktifkan daya keilahian di dalam diri sehingga betul-betul menjadi manusia yang unggul.

"Manusia itu makhluk yang luar biasa. Malaikat saja sujud kepada manusia. Karena apa? Karena ada kekuatan spiritual di dalam diri manusia. Silakan itu diaktifkan," katanya.

Adi Suprijanto mengemukakan bahwa sumber pengetahuan itu ada dua, yakni dari buku atau pendidikan formal dan dari amal ibadah yang memungkinkan manusia mendapatkan tambahan ilmu dari sumber aslinya, yakni Allah SWT.

"Kita perlu menggabungkan kedua sumber itu. Ya baca buku, ya beramal saleh, sehingga dengan demikian, kita bisa membangun generasi yang sujana (berbudi dan bijaksana) karena banyak mendapatkan sentuhan spiritual," katanya.

Pada kesempatan itu, ia mengingatkan bagi mereka yang Muslim untuk membiasakan diri dengan wirid dan doa. Menurut dia, wirid itu menjadi semacam mahar sebelum seseorang memanjatkan permhononannya kepada Allah SWT. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021