Karini (39), putri dari Slamet (86), lansia, warga warga Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengaku sangat terbantu saat sang ayah harus menjalani tindakan operasi di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya.
Karini mengungkapkan bahwa ayahnya adalah peserta Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari pemerintah. Ayahnya telah terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) sejak Maret 2016 hingga kini.
Menurut dia, layanan yang diberikan saat ayahnya sakit juga baik. Pada November 2019, ayahnya harus menjalani tindakan operasi di RS Arga Husada Kediri, karena penyakit batu kandung kemih (Bladder Calculi).
"Layanannya baik, sama saja dengan yang lainnya. Petugas rumah sakitnya juga ramah. Ayah saya dirawat sekitar enam hari. Saya yang mendampingi selama dirawat di RS," kata Karini di Kediri, Jumat.
Ia mengatakan selama sakit, ayahnya mengeluh sulit tidur, badan panas dan tidak bisa buang air kecil. Ia baru mengetahui sakit ayahnya dan kondisinya sudah parah. Dirinya menduga, ayahnya telah lama menderita penyakit itu, namun tidak mengatakan pada keluarganya.
"Orang tua kadang kan tidak cerita selama sakitnya masih bisa ditahan. Begitu tiba di IGD, sempat difoto rontgen itu dan tampak ada batunya," kata Karini.
Ia juga mengatakan, ayahnya dalam proses pemulihan setelah ditangani tim dokter. Tim medis juga membekali surat kontrol agar kondisi kesehatannya dapat dipantau kembali. Surat kontrol tersebut berlaku untuk satu kali kunjungan di Poliklinik Urologi.
Bila ayahnya, masih mengalami keluhan setelah kontrol, tim medis meminta agar segera diantar ke puskesmas.
Karini mengaku lega, karena ayahnya telah diberi tindakan medis. Ia juga tidak merasa keberatan dengan berbagai prosedur, karena memang harus mengikuti aturan yang ada, termasuk harus menunggu antrean di fasiltas kesehatan. Menurut dia, itu adalah hal yang wajar.
"Memang prosedurnya seperti itu. Untuk antrean tergantung jumlah pasien. Misal puskesmas sedang ramai ya antrean lebih banyak. Saya rasa dimana-mana juga seperti itu. Praktik dokter pun akan sama saja, kalaupun ramai ya antrean lebih lama, jadi ya wajar saja," papar Karini.
Selain mendapatkan KIS, ayahnya juga mendapatkan berbagai bantuan sosial dari pemerintah. Usia ayahnya sudah lansia, sehingga juga mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
Ia mengatakan, berbagai bantuan sosial dari pemerintah ini dirasa sangat membantu keluarganya termasuk untuk kebutuhan ayahnya.
"Program ini sangat membantu, terutama bagi mereka yang tidak mampu. Setahu saya beberapa orang di lingkungan ini juga memanfaatkan KIS untuk berobat. Ayah saya ini waktu operasi itu tidak dikenai biaya sepeser-pun," pungkas Karini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Karini mengungkapkan bahwa ayahnya adalah peserta Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari pemerintah. Ayahnya telah terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) sejak Maret 2016 hingga kini.
Menurut dia, layanan yang diberikan saat ayahnya sakit juga baik. Pada November 2019, ayahnya harus menjalani tindakan operasi di RS Arga Husada Kediri, karena penyakit batu kandung kemih (Bladder Calculi).
"Layanannya baik, sama saja dengan yang lainnya. Petugas rumah sakitnya juga ramah. Ayah saya dirawat sekitar enam hari. Saya yang mendampingi selama dirawat di RS," kata Karini di Kediri, Jumat.
Ia mengatakan selama sakit, ayahnya mengeluh sulit tidur, badan panas dan tidak bisa buang air kecil. Ia baru mengetahui sakit ayahnya dan kondisinya sudah parah. Dirinya menduga, ayahnya telah lama menderita penyakit itu, namun tidak mengatakan pada keluarganya.
"Orang tua kadang kan tidak cerita selama sakitnya masih bisa ditahan. Begitu tiba di IGD, sempat difoto rontgen itu dan tampak ada batunya," kata Karini.
Ia juga mengatakan, ayahnya dalam proses pemulihan setelah ditangani tim dokter. Tim medis juga membekali surat kontrol agar kondisi kesehatannya dapat dipantau kembali. Surat kontrol tersebut berlaku untuk satu kali kunjungan di Poliklinik Urologi.
Bila ayahnya, masih mengalami keluhan setelah kontrol, tim medis meminta agar segera diantar ke puskesmas.
Karini mengaku lega, karena ayahnya telah diberi tindakan medis. Ia juga tidak merasa keberatan dengan berbagai prosedur, karena memang harus mengikuti aturan yang ada, termasuk harus menunggu antrean di fasiltas kesehatan. Menurut dia, itu adalah hal yang wajar.
"Memang prosedurnya seperti itu. Untuk antrean tergantung jumlah pasien. Misal puskesmas sedang ramai ya antrean lebih banyak. Saya rasa dimana-mana juga seperti itu. Praktik dokter pun akan sama saja, kalaupun ramai ya antrean lebih lama, jadi ya wajar saja," papar Karini.
Selain mendapatkan KIS, ayahnya juga mendapatkan berbagai bantuan sosial dari pemerintah. Usia ayahnya sudah lansia, sehingga juga mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
Ia mengatakan, berbagai bantuan sosial dari pemerintah ini dirasa sangat membantu keluarganya termasuk untuk kebutuhan ayahnya.
"Program ini sangat membantu, terutama bagi mereka yang tidak mampu. Setahu saya beberapa orang di lingkungan ini juga memanfaatkan KIS untuk berobat. Ayah saya ini waktu operasi itu tidak dikenai biaya sepeser-pun," pungkas Karini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021