Pimpinan DPRD Surabaya mendorong pemerintah kota setempat menambah ketersediaan tempat tidur di sejumlah rumah sakit menyusul melonjaknya kasus COVID-19 di Kota Pahlawan, Jawa Timur. 

Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti di Surabaya, Rabu, mengatakan, imbas meningkatnya kasus COVID-19 membuat bed occupation rate (BOR) di beberapa rumah sakit di Surabaya menjadi penuh sejak beberapa hari ini.

"Saya menerima banyak tanggapan maupun pertanyaan dari warga seputar kebutuhan isolasi perawatan COVID-19 di rumah sakit," katanya.
 
Reni mengatakan ada warga Putat Jaya yang hasil tes usap PCR-nya positif dan kondisinya melemah pada Selasa (22/6) malam, namun kesulitan mendapatkan ruang isolasi di rumah sakit, sehingga malamnya meninggal dunia di rumah.  

"Ada lagi warga Rungkut tes usap PCR positif sejak pagi hingga malam antre di UGD RSUD BDH belum juga dapat kamar isolasi.  Warga itu jauh-jauh ke RSUD BDH karena RS di wilayah Surabaya Timur juga penuh. Kondisi ini mengkhawatirkan, dan perlu aksi cepat untuk beri solusi," katanya.

Menurut dia, laporan warga terpapar COVID-19 dalam sepekan ini yang terus bertambah, hal ini sesuai data di Satgas COVID-19 Surabaya bahwa memang terjadi lonjakan kasus positif. 

"Kondisi demikian perlu diwaspadai oleh semua pihak. Warga mohon tetap tenang agar imun terjaga.  Angka kesembuhan di Surabaya sebenarnya tinggi sampai sekitar 94 persen, bahwa saat ini warga terpapar bertambah itu juga fakta.  Kami berharap bahwa kasus COVID-19 yang saat ini tengah naik tidak semakin melonjak," katanya. 

Politisi perempuan PKS ini juga tidak bosan-bosannya untuk mengingatkan kepada masyarakat pada umumnya agar menegakkan protokol kesehatan. Bagi Reni, prokes bukan hanya sekedar aturan namun juga dipandang sebagai upaya untuk melindungi sesama.

"Dapat dijumpai pula bahwa beberapa pasien yang terpapar tanpa menunjukan gejala (OTG) sehingga sangat rentan untuk menularkan penyakit ke orang-orang yang lain," katanya.

Reni juga mendorong Dinkes Surabaya terkait penanganan laju positivity rate COVID-19 dengan memerkuat 3T (testing, tracing, treatment), 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi interaksi) dan percepatan vaksinasi.  

"Surabaya pernah mengalami situasi yang lebih berat dari kondisi saat ini, manajemen kasus COVID-19 di Surabaya saat zaman Bu Risma terus membaik. Warga terpapar selalu terpantau dan segera disiapkan ruang isolasi baik di Asrama Haji maupun RS, keluarga yang dirumah segera diberi bantuan permakanan.  Oleh karena itu diharapkan penanganan saat ini bisa lebih siap, cepat dan lebih baik lagi," kata Reni. 

Menurutnya, upaya yang telah ada perlu diperkuat dan ditingkatkan lagi agar ketika ada warga terpapar bisa segera ditangani dan terbantu untuk mendapatkan ruang isolasi sebagaimana kebutuhannya. 

"Jika kasus terus melonjak sementara BOR meningkat, saya mendorong pemkot untuk segera menambah ketersediaan tempat tidur RS dengan alkes agar dibantu pemkot jangan sampai warga terpapar dengan gejala berat tidak terlayani secara medis," kata Reni. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021