Pemerintah Kota Probolinggo menggelar sosialisasi gerakan "Daster Si Ipah" (Dengan Komposter, Siap Pilah Sampah) untuk mengurangi sampah organik di rumah tangga.

"Kota Probolinggo dihadapkan pada permasalahan kompleks terkait sampah. Dimana sampah yang dihasilkan masyarakat, masih tercampur dan belum terpilah," kata Sekda Kota Probolinggo drg. Ninik Ira Wibawati saat memberikan sambutan dalam acara tersebut di Probolinggo, Rabu.

Sekretaris Daerah Kota Probolinggo drg Ninik Ira Wibawati didampingi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setiorini Sayekti dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Rachmadeta Antariksa menghadiri rangkaian acara Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu di Perumahan Griya Pakistaji, Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo, Jawa Timur.

Menurutnya, dari tahun ke tahun telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan untuk sampah yang diangkut ke Taman Pemprosesan Akhir (TPA). Selain itu, banyaknya penimbunan sampah liar dan melubernya tempat penampungan sampah (TPS) yang tersebar di berbagai titik di wilayah kota.

"Hal itu menunjukkan adanya produksi sampah per individu yang semakin meningkat dan juga tidak lepas dari adanya penambahan jumlah penduduk, serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pemilahan sampah," tuturnya.

Dari data sampah yang ada di wilayah Kota Seribu Taman itu, timbunan sampah dengan komposisi sampah basah/organik mencapai hampir 6 persen. Di TPA sendiri sudah ada tiga landfill yang disiapkan, dimana dua landfill yang ada, kapasitasnya sudah overload dan satu landfill lainnya pun kondisinya sudah hampir mendekati overload.

Sebagai upaya mengatasi persoalan sampah rumah tangga sebagai sumber terbesar timbulan sampah, lanjutnya, Pemkot telah berinovasi mengembangkan kegiatan pengomposan sampah organik skala rumah tangga yang lebih massif dan menyeluruh dengan melibatkan berbagai stakeholder terkait dengan cara pemberdayaan masyarakat, utamanya para ibu swasta melalui program CSR.

"Inovasi itu dikenal dengan istilah 'Daster Si Ipah' yang merupakan kegiatan mengompos sampah organik rumah tangga yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dengan harapan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga bisa berkurang, terutama sisa makanan atau sampah dapur," katanya.

Ninik menjelaskan tujuan utama "Daster Si Ipah" adalah untuk membuka wawasan dan menggerakan secara aktif untuk mengurangi jumlah timbunan sampah rumah tangga yang berasal dari aktivitas sehari-hari di rumah, seperti memasak, belanja dan lain-lain.

"Para ibu yang menjadi pemimpin dalam organisasi wanita, kami harapkan dapat menjadi agent of change untuk mengarahkan anggotanya untuk bijak dari rumah masing-masing. Salah satunya dengan melakukan pemilahan sampah dan pengomposan sampah organik," ujarnya.

Ia juga mengingatkan perilaku yang dapat dibiasakan oleh masyarakat mulai sekarang yakni memilah sampah mulai dari diri sendiri dan melakukan komposting sampah organik yang dihasilkan.

"Sampah organiklah yang menghasilkan gas methan, sehingga kalau sampah organik bisa diolah sendiri jadi pupuk, maka sampah anorganik bisa kita pilih lalu dijual, atau ditabung di bank sampah," katanya.

Sekda Kota Probolinggo itu mengimbau masyarakat untuk mengurangi sampah yang dihasilkan setiap hari dengan memakai kembali barang-barang yang bisa dipakai seperti kardus bekas dan daur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat.

"Berikutnya menggerakan bank sampah yang ada, termasuk memaksimalkan peranannya dan manfaatkan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat untuk menampung sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis, dan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat," katanya.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021