Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Imam Pituduh mengaku masyarakat NU (Nahdliyiyn) di daerah banyak yang mengonsumsi produk air minum dalam kemasan dari galon guna ulang.

"Jadi, isu hoaks itu membuat mau tidak mau sudah sangat meresahkan dan membuat mereka khawatir karena sudah mengkonsumsinya selama puluhan tahun," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Rabu.

KH Imam Pituduh menyampaikannya di sela acara webinar bertajuk "Kebijakan Pemerintah dan Jaminan Perlindungan Keamanan Kemasan Galon Guna Ulang".

Dia menyebut keresahan yang menjadi persoalan NU yang disebabkan isu hoaks itu sebagai mental healthiness.

Isu hoaks itu, kata dia, telah mengganggu kesehatan mental atau psikologis masyarakat, apalagi disebutkan ancamannya bagi bayi, balita dan anak-anak, ibu menyusui, hingga ibu hamil.

Air minum dalam kemasan, lanjut dia, bukan hanya didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar, tapi juga memiliki usaha UMKM atau IMKM yang sudah banyak memproduksi air minum dalam kemasan.

"Di pesantren-pesantren itu banyak IMKM yang memproduksi beberapa merek,” kata dia.

Selain di pesantren-pesantren, dia mengatakan UMKM NU juga ada yang bergerak di industri air isi ulang yang juga merasa dirugikan dengan isu hoaks bahaya BPA galon guna ulang itu.

"Isu ini justru sangat mengkhawatirkan banget kalau misalkan tidak diklarifikasi oleh pemerintah atau para ahli. Saya melihat ini sudah ada indikasi ke arah perang dagang," tuturnya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah melakukan klarifikasi terkait isu hoaks tersebut.

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Rita Endang, menegaskan sudah memiliki peraturan sendiri terkait keamanan air minum galon guna ulang.

BPOM telah menetapkan batas migrasi Bisfenol A (BPA) dalam galon guna ulang itu maksimum 0,6 bpj (0,6 ppm), tapi hasil pengawasan terhadap kemasan galon AMDK yang terbuat dari Polikarbonat (PC) selama lima tahun terakhir (2016-2020) menunjukkan bahwa migrasi BPA di bawah 0.01 bpj (10 mikrogram/kg) atau masih dalam batas aman. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021