Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berencana membuat embung di sekitar Bandar Udara Dhoho di kabupaten itu guna mengatasi banjir sekaligus bisa membantu mencukupi kebutuhan air bersih untuk warga.

Bupati Kediri Haninditho Himawan Pramana mengemukakan kebutuhan akan embung dirasa sangat perlu. Daerah barat sungai di sekitar bandara yang sedang dibangun itu selama ini memang kesulitan.

Dengan pembangunan embung akan sangat membantu warga untuk mencukupi berbagai macam kebutuhannya.

"Salah satu solusi mengatasi banjir saya koordinasikan dengan PUPR untuk dibuatkan dua embung besar di dekat bandara. Kalau kemarau, fungsinya untuk mengalirkan air," katanya di Kediri, Sabtu.

Daerah barat Sungai Brantas secara geografis berbeda dengan daerah timur sungai. Saat kemarau, terkadang warga kesulitan air, sehingga sering ada permintaan air bersih ke pemkab. Sebaliknya, saat musim hujan, beberapa daerah mengalami banjir.

Mas Bup, sapaan akrab Haninditho, menegaskan banjir di barat sungai terjadi bukan karena ada pembangunan bandar udara di daerah barat sungai. Banjir itu terjadi karena sumber mata air yang mulai banyak berkurang.

Areal lereng Gunung Wilis (2.563 meter di atas permukaan laut) yang dahulu banyak ditanami tanaman kayu, kini beberapa beralih fungsi menjadi lahan pertanian.

Hal itu, kata dia, memicu terjadinya banjir. Untuk itu, salah satu cara mengatasi banjir dan memastikan kebutuhan air warga tercukupi perlu dibuatkan embung.

Mas Bup juga menambahkan bahwa tahapan pembuatan embung juga masih panjang. Saat ini, masih direncanakan terlebih dahulu sebelum dilakukan detail engineering design (DED) atau perencananaan.

"Sekarang masih DED dulu, panjang prosesnya," kata Mas Bup, yang juga Putra Seskab Pramono Anung tersebut.

Sementara itu, di lokasi pembangunan proyek bandar udara juga dibuatkan dua aliran sungai alternatif. Sebelumnya, di daerah itu ada dua sungai sebagai jalur arus air dari lereng Gunung Wilis, yakni Sungai Kolokoso dan Sungai Hadisingat.

"Memang di bandara ada dua aliran sungai yang dilewati dan ini sudah dibuatkan alternatif oleh PT Gudang Garam," kata dia.

Sementara itu, Direktur PT Surya Dhoho Investama (SDI) Maksin Arisandi menambahkan saat ini untuk pengerjaan tanah yang rencananya hendak dibangun bandar udara sudah sekitar 51 persen. Hal itu juga sudah sesuai dengan target.

Direncanakan pembangunan bandara tuntas dan pada awal 2023 sudah mulai dibuka penerbangan komersial. Untuk pengerjaan tanah dilakukan dengan meratakan lokasi yang masih ada beberapa titik areal perbukitan, serta membuat sungai alternatif dengan tembok dari bahan beton.

"Untuk pengerjaan tanah 51 persen, sesuai dengan target, sudah tercapai. Seharusnya dengan target itu di awal 2023 terpenuhi," kata dia.

Groundbreaking pembangunan bandara di Kabupaten Kediri telah dilakukan pada 15 April 2020. Peletakan batu pertama pembangunan Bandara Dhoho, Kediri, itu dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan secara virtual karena pandemi COVID-19.

Bandara Kediri yang berada di bagian barat kabupaten itu menjadi bandara pertama di Indonesia yang dibangun dengan 100 persen dana investasi swasta oleh PT Surya Dhoho Investama, anak perusahaan PT Gudang Garam, dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Sesuai rencana, lahan yang diperuntukkan pembangunan bandara sekitar 300-400 hektare. 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021