Suwandi (58) merupakan satu dari sekian banyak masyarakat kecil yang beruntung dan tertolong berkat kepesertaannya di program Jaminan Kesehatan Nasional - kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Bagaimana tidak, di usianya yang sudah melewati paruh baya, penyakit jantung koroner tiba-tiba muncul dan menyerangnya. Suwadi sudah hampir melepas ajal. Untung Suwandi cepat dilarikan ke rumah sakit. 

Tim dokter cepat melakukan penanganan sehingga penyumbatan pembuluh jantung bisa bisa cepat diatasi.

Warga Kabupaten Tulungagung ini bersyukur telah memiliki Jaminan Kesehatan  Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) ketika penyakit mematikan ini menyerangnya.

"Baru sakit tiga bulan ini. Sakit langsung masuk rumah sakit. Nyeri di dada, sakit sekali,” ucap Suwandi.

Sebelum memiliki  JKN-KIS, Suwandi mengaku sudah pernah menjalani rawat inap selama enam hari akibat penyakit jantung ini. Tidak tanggung-tanggung, biaya yang dihabiskan kurang lebih sekitar Rp20 juta.

"Sebelum punya BPJS sudah pernah rawat inap enam hari. Habisnya sekitar hamper Rp20 juta, sekali suntikan itu Rp5 juta,” paparnya.

Bersyukur ketika pasang ring jantung Suwandi telah memiliki JKN-KIS. Sluruh biaya pelayanan kesehatannya gratis. Tidak sampai di situ, kontrol dan obat setiap bulannya juga gratis.

“Pasang ring tidak ada biaya yang keluar sama sekali. Satu bulan sekali kontrol, juga tidak ada biaya, obatnya juga harus, untuk sebulan. Tga kali rawat inap tidak ada biaya sama sekali, gratis semua. Alhamdulillah ada pertolongan itu senang. Seandainya tidak ada (JKN-KIS), membayarnya bagaimana, wong pasang ring itu sekitar Rp70 juta. Uang dari mana kalau habis segitu itu,” ucap Suwandi lugu.

Penghasilannya yang tidak tetap. Sebagai buruh tani, kakek tiga orang cucu ini tentu merasa sangat tertolong. 

Menimbang biaya yang harus ia keluarkan bila tidak memiliki jaminan kesehatan, Suwandi tidak keberatan meskipun harus membayar iuran JKN-KIS setiap bulan.

"Saya ini orang desa, ya bertani. Sekarang tidak kerja semua. Ada sawahnya orang, dikerjakan, nanti bagi hasil.  Jadi (penghasilan) ya tidak tetap. Alhamdulillah masih bisa bayar iuran rutin. Tidak berat. Saya sudah habis berapa juta itu (untuk berobat),” ujarnya.

Sementara itu, Suwandi berharap masyarakat yang belum terdaftar JKN-KIS agar segera mendaftarkan diri. Menurutnya, dengan memiliki JKN-KIS, biaya pelayanan kesehatan akan terjamin.

“Kalau ada orang tanya ya saya suruh daftar BPJS, kalau sakit tidak mengeluarkan biaya, dan Alhamdulillah, kalau tidak ada BPJS itu mampus. Saya masuk rumah sakit empat kali bisa habis ratusan juta. Awal itu saya masuk zona merah di IGD rumah sakit, tetapi saya tidak tahu kalau selanjutnya biayanya akan sebesar itu,” pungkasnya.

Sebagai peserta mandiri kelas 3, Suwandi merasa nyaman menggunakan JKN-KIS. Dia sangat berterima kasih dengan adanya  BPJS  Kesehatan karena sudah tertolong.

“Nyaman sekali menggunakan  JKN-KIS. Saya terima kasih, kalau tidak ada BPJS itu uang dari mana. Terima kasih sama Pemerintah, bisa 
menolong rakyatnya sampai segitunya. Terima kasih banget. Tidak masalah walaupun tetap harus bayar iuran,” ucap Suwandi. (ADV)
 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021