Pengelolaan Wakaf Sawah Produktif yang diinisiasi Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) dan Gema Petani mulai membuahkan hasil.

Dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Ahad, hasil tersebut adalah panen raya beras dari sawah hasil wakaf di Dusun Tumpangsari, Desa Jitu, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto. 

"Intervensi wakaf pada produksi tani dimulai sejak pembibitan," ujar Presiden ACT Ibnu Khajar.

Bibit digunakan adalah jenis HMS700, yang dalam satu malai dapat mencapai 700 bulir, lalu dalam pemeliharaan, para petani juga diberikan biaya serta akses mendapatkan pupuk.

"Sehingga kualitas padi terjaga dan mendapatkan hasil maksimal," ucapnya.

Gabah yang dipanen juga akan dibeli ACT dengan harga terbaik untuk pendistribusian beras bagi warga prasejahtera selama Ramadhan, melalui Gerakan Sedekah Pangan Ramadhan (GSPR) dan aksi-aksi kemanusiaan lainnya.

"Ini membuktikan bahwa wakaf dapat menjadi motor penggerak dalam menyejahterakan petani. Panen ini menjadi oase di tengah isu rencana ekspor beras," katanya.

Sementara itu, Ketua Pembina YP3I KH Mahfudz Syaubari mengatakan panen raya menjadi suatu kebahagiaan bagi petani karena sekitar tiga bulan memelihara padi seperti anaknya sendiri.

"Kebahagiaan petani datang karena padi yang ditanam siap dipanen. Kebahagiaan bertambah saat padi yang ia hasilkan digunakan untuk kemaslahatan umat, menolong warga pra sejahtera, yang membutuhkan, dan kelaparan," tutur dia.

Dalam aktivitasnya, program Wakaf Sawah Produktif melibatkan 3.000 petani, 22.500 tenaga kerja.

Selain itu terdapat 2.500 pesantren yang terberdayakan dengan 23.500 santri menerima manfaat per bulan, termasuk 440.474 kepala keluarga juga menjadi penerima manfaat. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021