Perajin keripik pare di Jalan Kaswari Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur tetap bertahan di masa pandemi COVID-19 dengan terus berkreasi mengikuti permintaan pasar.

Perajin keripik pare setempat, Eny Setyowati mengatakan untuk tetap eksis pihaknya gencar memasarkan keripiknya yang diberi nama merek Shivatus itu dengan cara daring melalui media sosial.

"Selain berjualan secara offline, saya juga memanfaatkan media sosial," ujar Eny Setyowati di Madiun, Minggu (14/3).

Dengan berjualan secara daring, keripik pare buatannya mampu diterima masyarakat. Bahkan, telah menjangkau pembeli di wilayah Jabodetabek hingga luar negeri seperti di Taiwan. 

Selain itu, pihaknya juga berkreasi dengan menambahkan aneka rasa pada keripiknya yang banyak disukai pembeli. Seperti rasa balado, keju, sapi panggang, dan ayam panggang. 

Ia menjelaskan, usaha pembuatan keripik pare telah dirintisnya sejak tahun 2017. Adapun alasan pare dipilihnya sebagai bahan utama karena agar berbeda dari yang lain. 

Selain memiliki kandungan gizi yang banyak, ia ingin membuktikan sayuran pare yang pahit dapat diubah menjadi panganan keripik yang renyah, gurih, dan juga nikmat. 

Pihaknya mengaku butuh waktu satu tahun untuk bisa mendapatkan resep yang paling sesuai hingga banyak diminati pelanggan.

"Untuk menghilangkan rasa pahitnya, saya rendam pare di air garam selama 8 jam. Kemudian, direbus. Setelah itu baru dilumuri tepung dan digoreng," jelasnya.

Untuk harga yang ditetapkannya cukup terjangkau. Yakni, mulai dari Rp10 ribu–Rp80 ribu. Tergantung varian rasa dan ukuran.

Meski sempat mengalami kendala selama pandemi COVID-19, Eny mengaku tak mau putus asa. Dia tetap berusaha optimistis dan terus melakukan produksi setiap hari. 

"Harapannya, ke depan usaha saya semakin lancar dan semakin dikenal masyarakat," katanya. (*)
 

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021