Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengimbau seluruh ibu hamil untuk rutin memeriksakan kesehatannya ke posyandu, puskesmas ataupun klinik layanan kesehatan lain guna meminimalkan risiko kematian ibu dan bayi saat proses persalinan.
"Dengan rutin memeriksakan diri, kami berharap jumlah kematian ibu-bayi bisa diturunkan," kata Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Tulungagung Sri Lestari Ningsih di Tulungagung, Jumat.
Jika mungkin, Sri bahkan berharap tidak terjadi lagi kasus kematian ibu ataupun bayi dalam proses/menuju persalinan hanya karena yang bersangkutan berikut keluarganya, abai dalam memeriksakan kesehatan selama periode hamil.
"Salah satu penyebab kematian ibu melahirkan adalah hypertensi (tekanan darah tinggi)," katanya.
Untuk meminimalkan kejadian kematian pada ibu dan bayi, pihaknya meminta pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin, minimal empat kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan pertama dilakukan saat trisemester (tiga bulan) pertama, pemeriksaan kedua pada trisemester kedua dan dua lainnya pada trisemester ketiga.
Atau jika memungkinkan pemeriksaan dilakukan tiap bulan. “Ini terus kita sosialisasikan, mulai ke bawah di puskesmas terus kita sosialisasikan,” katanya.
Sasaran sosialisasi itu adalah ibu hamil dan ibu balita.Ibu dilatih dan disosialisasikan tentang kehamilan dan asupan nutrisi saat hamil dan menyusui. “Untuk bayi lebih baik diberikan ASI eksklusif," ujarnya.
Tim Kesma Dinkes Tulungagung berupaya menurunkan kembali rasio kematian ibu dan bayi yang sempat naik pada rentang 2019-2020.
Ia menjelaskan, pada 2019, tercatat ada 11 ibu meninggal saat melahirkan, dan 126 bayi meninggal.
Sedangkan pada tahun berikutnya (2020), kematian ibu sebanyak 15 orang. Lima orang diakibatkan oleh pre-eklamsia, tiga orang akibat hypertensi dan sisanya akibat sebab lain seperti pendarahan atau gangguan kelahiran.
Sementara jumlah bayi meninggal tahun 2020 mencapai 146 di mana disebabkan oleh Aspeksia (sesak nafas) sebanyak 40 bayi, BBLR (berat badan lahir kurang) sebanyak 35 bayi, kelainan bawaan 27 bayi, sisanya oleh sebab lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Dengan rutin memeriksakan diri, kami berharap jumlah kematian ibu-bayi bisa diturunkan," kata Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Tulungagung Sri Lestari Ningsih di Tulungagung, Jumat.
Jika mungkin, Sri bahkan berharap tidak terjadi lagi kasus kematian ibu ataupun bayi dalam proses/menuju persalinan hanya karena yang bersangkutan berikut keluarganya, abai dalam memeriksakan kesehatan selama periode hamil.
"Salah satu penyebab kematian ibu melahirkan adalah hypertensi (tekanan darah tinggi)," katanya.
Untuk meminimalkan kejadian kematian pada ibu dan bayi, pihaknya meminta pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin, minimal empat kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan pertama dilakukan saat trisemester (tiga bulan) pertama, pemeriksaan kedua pada trisemester kedua dan dua lainnya pada trisemester ketiga.
Atau jika memungkinkan pemeriksaan dilakukan tiap bulan. “Ini terus kita sosialisasikan, mulai ke bawah di puskesmas terus kita sosialisasikan,” katanya.
Sasaran sosialisasi itu adalah ibu hamil dan ibu balita.Ibu dilatih dan disosialisasikan tentang kehamilan dan asupan nutrisi saat hamil dan menyusui. “Untuk bayi lebih baik diberikan ASI eksklusif," ujarnya.
Tim Kesma Dinkes Tulungagung berupaya menurunkan kembali rasio kematian ibu dan bayi yang sempat naik pada rentang 2019-2020.
Ia menjelaskan, pada 2019, tercatat ada 11 ibu meninggal saat melahirkan, dan 126 bayi meninggal.
Sedangkan pada tahun berikutnya (2020), kematian ibu sebanyak 15 orang. Lima orang diakibatkan oleh pre-eklamsia, tiga orang akibat hypertensi dan sisanya akibat sebab lain seperti pendarahan atau gangguan kelahiran.
Sementara jumlah bayi meninggal tahun 2020 mencapai 146 di mana disebabkan oleh Aspeksia (sesak nafas) sebanyak 40 bayi, BBLR (berat badan lahir kurang) sebanyak 35 bayi, kelainan bawaan 27 bayi, sisanya oleh sebab lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021